Versi kedua mengatakan bahwa ia adalah seorang Jenderal pelarian dari Tiongkok yang turut ambil bagian dalam Perang Geger Pecinan, bersama Raden Mas Garendi. Tan Wan Swee disebutkan sebagai tokoh berpengaruh yang mengajarkan seni bela diri Kuntao kepada masyarakat Kebumen.
**
Pada saat Perang Geger Pecinan meletus, Tan Peng Nio bersama Lia Beeng Goe kemudian mengungsi ke arah timur dan bertemu dengan Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata.
Disebutkan bahwa Kiai Honggoyudho-lah yang mengajak Tan Peng Nio bergabung bersama 200 pasukan Panjeer Roma, bentukan K.R.A.T. Kolopaking II, yang dikirimkan untuk membantu pasukan Pangeran Garendi, pada saat perang mulai menyebar ke Jawa Tengah.
Konon perang gerilya yang berlangsung selama 3 tahun, Tan Peng Nio menyamar sebagai prajurit lelaki. Selama berada dalam pasukan, ia juga berkenalan dengan Raden Sulaiman Kertowongso, putra dari K.R.A.T. Kolopaking II.
Setelah perang usai, Tan Peng Nio menikah dengan Raden Sulaiman yang kemudian menggantikan ayahnya menjadi K.R.A.T. Kolopaking III. Tan Peng Nio kemudian diberi gelar Raden Ayu, sebagai bagian dari keluarga bangsawan Kolopaking yang berkuasa di daerah Banyumas.
**
Perang Geger Pecinan, dimulai pada saat VOC melakukan pembantaian terhadap masyarakat etnis Tionghoa di Batavia, tahun 1740. Saat itu orang Tionghoa menolak beratnya pajak yang harus mereka bayar.
Sebagai akibatnya, VOC kemudian menetapkan kuota bagi jumlah penduduk Tionghoa di Batavia. Penduduk yang tidak memiliki pekerjaan, dikirim ke Sri Lanka.
Namun, beredar desas desus, bahwa sebenarnya mereka akan dibunuh dan dibuang ke laut. Hal ini kemudian menimbulkan antisipasi dari warga dengan mulai mempersenjatai diri.