Lantas, apa yang kita lakukan?
Kita marah kepada orang yang tidak menghormati, di situlah saatnya kita menggaruk.
Kita menyalahkan orang lain akibat ponsel yang raib entah ke mana, di situlah saatnya kita menggaruk.
Kita mencuri, menipu, menghalalkan segala cara demi gengsi motor baru, di situlah saatnya kita menggaruk.
Keinginan seperti ini tidak akan pernah bisa memuaskan. Rasa gatal akibat keinginan yang belum terpenuhi akan terus ada. Menggaruk koreng dengan memenuhi keinginan, akan terus menerus dilakukan, hingga koreng tersebut menginfeksi seluruh jiwa.
Apa yang dilakukan oleh dokter Sabar, sebenarnya adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkan koreng dalam jiwa kita.
Salep anti infeksi sesungguhnya adalah arti dari bersyukur.
Bersyukur bahwa kita tidak dihormati, karena sudah saatnya belajar menjadi orang baik yang pantas dihormati.
Bersyukur bahwa kita masih memiliki motor, meskipun bukanlah model terbaru.
Mungkin hal ini akan terasa susah, karena pada akhirnya, kita hidup dengan koreng yang sudah berada dalam jiwa.
Namun cobalah diam sejenak untuk merenungkan kisah Parno dan korengnya. Hilangkan sejenak keinginanmu, puasakan nafsumu untuk menggaruk jiwamu yang gatal.
Sedetik perenungan, sedetik kesadaran, sedetik pengakuan, akan mengumpulkan perasaan bersyukur yang dapat menyelamatkan jiwamu dari bahaya amputasi.
Semoga Bermanfaat!
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI