Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mboten Ngeruk-ngeruk Koreng

11 September 2020   19:39 Diperbarui: 11 September 2020   19:47 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mboten Ngeruk Koreng (sumber: klikdokter,com)

Lantas, apa yang kita lakukan?

Kita marah kepada orang yang tidak menghormati, di situlah saatnya kita menggaruk.

Kita menyalahkan orang lain akibat ponsel yang raib entah ke mana, di situlah saatnya kita menggaruk.

Kita mencuri, menipu, menghalalkan segala cara demi gengsi motor baru, di situlah saatnya kita menggaruk.

Keinginan seperti ini tidak akan pernah bisa memuaskan. Rasa gatal akibat keinginan yang belum terpenuhi akan terus ada. Menggaruk koreng dengan memenuhi keinginan, akan terus menerus dilakukan, hingga koreng tersebut menginfeksi seluruh jiwa.

Apa yang dilakukan oleh dokter Sabar, sebenarnya adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkan koreng dalam jiwa kita.

Salep anti infeksi sesungguhnya adalah arti dari bersyukur.

Bersyukur bahwa kita tidak dihormati, karena sudah saatnya belajar menjadi orang baik yang pantas dihormati.

Bersyukur bahwa kita masih memiliki motor, meskipun bukanlah model terbaru.

Mungkin hal ini akan terasa susah, karena pada akhirnya, kita hidup dengan koreng yang sudah berada dalam jiwa.

Namun cobalah diam sejenak untuk merenungkan kisah Parno dan korengnya. Hilangkan sejenak keinginanmu, puasakan nafsumu untuk menggaruk jiwamu yang gatal.

Sedetik perenungan, sedetik kesadaran, sedetik pengakuan, akan mengumpulkan perasaan bersyukur yang dapat menyelamatkan jiwamu dari bahaya amputasi.

Semoga Bermanfaat!

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun