Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bila Kim Yo-Jong Menggantikan Kim Jong-Un, Berapa Banyak Nyawa yang Harus Melayang?

28 Agustus 2020   15:04 Diperbarui: 28 Agustus 2020   15:10 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut pakar rezim totalitarian ini, keluarga Kim tidak dipandang sebagai manusia biasa oleh rakyat Korea Utara, mereka dianggap sebagai wakil Tuhan untuk mengurusi segalanya. Dengan demikian, masalah gender bukanlah hal yang terpenting dalam melihat "Tuhan."

Akan tetapi, budaya patriarki yang masih sangat kuat di Korea Utara, sedikit banyak akan mengganggu mulusnya pemerintahan Yo-Jong nanti. Seorang pembelot Korea Utara bernama Ken Eom yang telah menghabiskan waktunya selama 10 tahun di militer, mengatakan bahwa Korea Utara tidak akan menerima kekuasaan wanita.

"Dia memiliki kekuatan besar untuk mengendalikan Korea Utara, tetapi jika Kim Jong-Un keluar atau mati, dia tidak akan bisa mempertahankan kekuasaannya."

Ken Eom tidak berkata sembarangan, pengalamannya di dunia militer telah melihat banyak hal bagaimana para perwira lelaki memperlakukan para tentara wanita yang tidak lebih sebagai alat pemuas nafsu semata.

Pun halnya dengan sikap dari pemerintah dan rakyat Korea Utara yang menganggap wanita tidak lebih dari obyek seksual belaka. Apakah hal ini masih akan berlangsung, jika negara Kim ini akhirnya dipimpin oleh seorang wanita? Menarik untuk melihatnya.

Baca juga: Kippumjo yang Berusia 13, Hingga Tentara Wanita, Kisah Pelecehan Seksual di Korea Utara

Hingga saat ini, sudah tercatat tiga generasi penerus keluarga Kim yang bertahta. Hal ini berarti sudah terjadi tiga suksesi di Korea Utara.

Sepanjang kisah suksesi, tidak ada gerakan militer yang menunjukkan ketidakstabilan politik, ataupun perebutan kekuasaan secara paksa.  

Akan tetapi, tantangan lain bagi Yo-Jong juga berasal dari Partai Pekerja (OGD) yang didirikan oleh kakeknya, Kim Il-Sung. Menurut Bob Collins, penulis studi di OGD bahwa jabatan strategis yang diemban oleh Yo-Jong, bukanlah jaminan baginya.

Ia harus menjadi kepala OGD jika ingin menjadi pemimpin tertinggi di Korea Utara. Kalau tidak, ia tak akan memiliki basis kekuatan yang cukup untuk merebut dan memegang tampuk kekuasaan.

Hal ini terbukti tidak mudah, karena kakaknya sendiri membutuhkan beberapa tahun untuk berada di belakang layar, memelajari situasi politik, dan waktu setahun untuk mengukuhkan kekuasaan penuh di OGD sebagai legitimasi kekuatan, meskipun telah berstatu sebagai pemimpin tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun