Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Vaksin Corona Sudah Ditemukan!" Ini Hal yang Harus Diwaspadai

23 Agustus 2020   12:26 Diperbarui: 23 Agustus 2020   12:21 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi vaksin corona (sumber: kompas.com)

Jika ada penemuan yang paling diharapkan pada tahun ini, maka ia adalah Vaksin Corona.

Hampir setahun telah berlalu, dan untuk kali pertamanya, umat manusia merasa tidak berdaya dengan gempuran mahluk yang kecilnya tidak lebih besar dari sebutir debu.

Segala usaha dari peradaban telah dikerahkan untuk mempercepat pengembangan vaksin, agar manusia dapat terbebas dari pandemi Covid-19. Target yang ditentukan adalah akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.

Dilansir dari kompas.com, hingga kini telah ada 165 vaksin yang dikembangkan di seluruh dunia, dan 31 vaksin yang telah masuk ke dalam tahap uji coba kepada manusia.

Bagi masyarakat awam, penemuan vaksin adalah solusi yang pasti untuk menghilangkan pandemi. Semacam obat dewa yang bisa mengatasi seluruh permasalahan. Namun apakah sesederhana itu?

Faktor kecukupan dan ketersediaan.

Dilansir dari cnbcindonesia.com, Indonesia saat ini semakin agresif mendapatkan vaksin corona. Melalui kesepakatan antara Bio Farma dan Sinovac Biotech China, Indonesia berhasil mengamankan komitmen pengadaan 40 juta dosis vaksin covid-19.

Perjanjian ini adalah merupakan bentuk 'perjanjian awal' (preliminary agreement) untuk kerja sama uji klinis tahap akhir kandidat vaksin CoronaVac milik perusahaan Sinovac, China.

Akan tetapi vaksin yang paling cepat tersedia di akhir tahun 2020 ini, masih belum cukup untuk disuntikkan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Kapasitas produksi milik Bio Farma bisa menghasilkan 250 juta dosis per tahun. Dengan demikian dengan komitmen dengan Sinovac, dalam setahun Indonesia akan memiliki 290 juta dosis.

Penduduk Indonesia mencapai lebih dari 268 juta jiwa. Dengan takaran 2 dosis per orang, maka Indonesia masih kurang sekitar 246 juta dosis untuk 123 juta jiwa. (268 juta dikali 2 dikurangi 290 juta).

Untuk itu, pemerintah juga sudah bekerja sama dengan pengembang asal China lainnya, yaitu Sinopharm dan CanSino Biologics.

Selain itu, masih ada lagi dua kandidat vaksin corona buatan bangsa, yaitu vaksin Merah Putih yang merupakan kerja sama PMI dan Lembaga riset LBM Eijkman, serta vaksin GX-19 yang sedang dikembangkan oleh Kalbe Farma bekerja sama dengan konsorsium Genexine dari Korea Selatan. 

Faktor Perbedaan Jenis Vaksin.

Tidak banyak yang mengetahui, termasuk penulis, bahwa proses pengembangan vaksin corona di seluruh dunia, ternyata menggunakan beberapa pendekatan yang berbeda.

Sebagai contoh, vaksin CoronaVac, Merah Putih, GX-19, dan CanSino Bio adalah 4 jenis yang berbeda, meskipun tujuannya sama untuk memberantas corona.

CoronaVac buatan Sinovac adalah jenis vaksin 'Whole-Virus' dengan metode menggunakan virus corona yang dilemahkan atau dinonaktifkan untuk memicu imun tubuh.

Vaksin Merah Putih adalah jenis yang berbasis 'Protein Rekombinan', yang menggunakan fragmen protein virus corona untuk memicu imun tubuh. Depatermen Kesehatan Korea Utara juga melakukan riset yang sama terhadap jenis vaksin ini.  

GX-19 dari Kalbe Farma, menggunakan jenis tipe 'Genetik-DNA' yang prinsipnya adalah menggunakan gen virus corona untuk meningkatkan imun tubuh.

Vaksin buatan CanSino Bio adalah jenis 'Vektor Viral' yang dikembangkan dengan menggunakan virus untuk mengirim gen virus corona ke dalam sel tubuh. Jenis vaksin ini sama dengan Sputnik-V yang sebentar lagi akan diluncurkan oleh Rusia.

Dengan demikian, maka Indonesia akan memiliki 4 vaksin yang berbeda dari 4 jenis metode pengembangan yang berbeda. Masalah lain yang muncul adalah dari sisi harga.

Faktor Perbedaan Harga.

Dilansir dari kompas.com, raksasa farmasi dari China, Sinopharm telah menetapkan harga US145 dollar per vaksin, atau sekitar 2,1 juta rupiah. Harga ini adalah yang termahal dari seluruh vaksin yang sedang dikembangkan.

Harga ini sangatlah berbeda dengan penetapan pemerintah atas vaksin dari Sinovac yang dibanderol dengan harga sekitar US5 hingga 10 dollar per buah. Belum ada kabar resmi, berapa harga yang akan dicantumkan pada vaksin GX-19 oleh Kalbe Farma dan vaksin Merah Putih.

Saat ini telah terjadi varian harga yang berbeda dari para pengembang di seluruh dunia. Jika vaksin Sinopharm merupakan yang tertinggi, harga terendah berada pada kandidat vaksin yang dikembangkan oleh Oxford University dan AstraZeneca dengan kisaran sekitar US4 dollar.

Sesuai kesepakatan beberapa negara, harga vaksin corona yang ditetapkan berkisaran antara US32 hingga 37 dollar saja. Namun dalam beberapa kasus pengembangan, hasil produksi vaksin yang kecil, membuat fluktuasi biaya menjadi tidak pasti.

Masalahnya, jika harga berbeda, bagaimana menentukan harga standar dari seluruh vaksin yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Belum lagi faktor spekulan yang bisa saja memborong seluruh vaksin di pasaran dan mengambil aksi 'profit taking', seperti yang terjadi pada harga masker dan sanitizer di awal pandemi.

Faktor waktu dan ketepatan.

"Lebih baik ada daripada tidak ada sama sekali." Prinsip inilah yang digunakan oleh Rusia dalam meluncurkan vaksin Sputnik-V. Mendapatkan cacian dan makian dari seluruh dunia, tidak membuat Vladimir Putin bergeming. Toh yang akan disuntik adalah warganya sendiri.

Menurut kompas.com, sebuah vaksin sebelum resmi diluncukan kepada publik, seharusnya memasuki beberapa tahapan resmi.

Preklinis: Ilmuwan memberikan vaksin kepada hewan percobaan untuk melihat respon imun dasar. Saat ini sudah ada sebanyak 135 vaksin yang memasuki tahap ini.

Tahap I: Vaksin diuji kemanan dosisnya dengan diberikan kepada sejumlah kecil kelompok relawan. Saat ini sebanyak 20 vaksin yang masuk uji tahap I.

Tahap II: Vaksin diperluas uji keamanannya kepada ratusan orang yang dibagi menjadi beberapa kelompok usia berbeda. Ada sebanyak 11 vaksin yang tengah diuji coba pada tahap ini.

Tahap III: Vaksin diuji dalam skala besar kepada ribuan orang untuk dites khasiatnya. Tahap ini temasuk krusial, karena hasil uji coba harus dapat melindungi minimal 50% dari relawan. Selain itu, tahapan ini juga sekaligus mengevaluasi adanya efek samping yang mungkin terjadi. Saat ini sudah ada 8 vaksin yang masuk pada tahap III uji klinis.

Tahap Persetujuan: Vaksin disetujui dalam penggunaan terbatas. Dalam kasus biasa (non-pandemi), persetujuan harus melalui birokrasi standar dari pemangku otoritas. Namun dalam situasi darurat, otorisasi darurat diperbolehkan, sebelum persetujuan resmi didapatkan. Saat ini sudah ada 2 vaksin yang berada pada tahap ini.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan?

Belum bisa dipastikan, namun yang pasti, sejak 18 tahun sejak SARS merebak di tahun 2002, dan telah 8 tahun kasus MERS pertama di tahun 2012, hingga kini formula vaksin yang sempurna belum dirilis.

Hal ini disebabkan karena wabah telah berhasil dikendalikan, sebelum peneliti mampu menyelesaikan racikan yang paling pas.

Faktor tantangan serangan virus.

Uji klinis Tahap III akan menjadi penentu dalam peluncuran vaksin. Setidaknya masih memerlukan waktu 6 bulan lagi, sejak pertama kali dilakukan di akhir Juni.

Namun meskipun sudah resmi diluncurkan, masih ada beberapa hal lagi yang masih menjadi perdebatan.

Pertama, durasi waktu ketahanan virus. Berdasarkan laporan WHO, ada beberapa kasus antibodi dari penyintas Covid-19 yang bisa bertahan hingga 40 hari pasca-infeksi.

Namun ada juga beberapa kasus, yang menyatakan bahwa Covid-19 dapat kembali menyerang mereka yang sudah memiliki antibodi akibat telah terinfeksi virus corona sebelumnya.

Apabila karakteristik infeksinya mengikuti pola penyakit SARS 17 tahun silam, maka antibodi melawan virus corona ini bisa bertahan hingga 5 bulan dan baru menyusut setelah 2-3 tahun.

Kedua, namun ada juga istilah antigenic drift yang menyatakan bahwa adanya perubahan mutasi genetik virus yang bisa menyebabkan patogen tersebut lolos dari sistem kekebalan tubuh. Entah apakah virus ini akan bermutasi bilamana vaksin telah resmi diluncurkan.

Akhir Kata.

Tiada harapan lain agar dapat terbebas dari pandemi, selain vaksin yang dapat melindungi manusia. Namun mengingat betapa kompleksnya proses pengembangan vaksin hingga ke tahapan peluncurannya, maka seharusnya kita harus memikirkan alternatif lain untuk bertahan.

Mulailah dari hal-hal kecil, seperti menjaga kesehatan tubuh, menjalan protokol kesehatan, serta lebih mawas diri dan disiplin dalam berperang melawan pandemi ini. 

Referensi: 1 2 3 4 5

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun