Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tim Hacker Besutan Kim Jong-Un, yang Menguasai Dunia Kejahatan Siber

19 Agustus 2020   18:20 Diperbarui: 19 Agustus 2020   18:14 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita melihat pemandangan dari angkasa pada malam hari, daerah Korea Utara sangat gelap dibandingkan dengan cahaya benderang dari negara tetangganya, Korea Selatan.

Bisa dimaklumi, jangankan lampu jalan yang terang ala kota besar, komputer rumah pun menjadi barang langka. Belum lagi dengan pembatasan teknologi internet, membuat Korea Utara serasa sebuah desa terpencil di tengah kemajuan negara tetangganya.

Akan tetapi siapa yang pernah menyangka, jika Korea Utara termasuk salah satu negara terbesar dalam kejahatan siber internasional.

Serangan Siber ke Amerika Serikat.

Baru-baru ini sebuah kabar mengejutkan datang dari Amerika Serikat (AS). Ditengah wabah virus Covid-19, sebuah ancaman berupa serangan dunia maya pasukan siber Korea Utara datang menghampiri.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, serangan siber tersebut disinyalir berusaha untuk membobol sistem keuangan Amerika Serikat untuk mendanai proyek senjata pemusnah massal milik mereka.

Ancaman tersebut bisa menjadi lebih serius, karena juga berpotensi merusak stabilitas ekonomi dunia, bahkan sistem kemananan negara-negara maju.

Menghasilkan USD 2 milliar dari kejahatan siber.

Pantas saja Amerika ketar-ketir. Dengan kenyataan bahwa pada tahun 2019, Korea Utara telah menghasilkan USD 2 miliar dari 'merampok' bank dan pertukaran mata uang kripto.  

Berdasarkan laporan terbaru, aktivitas kejahatan siber ini terus berkembang dengan sasaran yang lebih besar lagi, yaitu menargetkan perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia, khususnya Korea Selatan.

Sebuah perusahaan riset Cybersecurity FireEye menunjukkan hal ini. "Kami berbicara perusahaan multinasional, mereka memiliki kantor di seluruh dunia. Perusahaan seperti itu, efeknya bisa bergema, karena sudah global," kata John Hultquist, Direktur Analisis Inteligen FireEye.

Semuanya bermula dari ketersinggungan Kim Jong-Un.

Sebenarnya serangan siber Korut ini telah bermula sejak tahun 2012 lalu. Namun pada saat itu, mereka hanya mengintai sektor pemerintahan, militer, pertahanan, dan media saja, sehingga tidak terlalu menarik perhatian.

Namun peretasan terhadap Sony Pictures Entertainmet, membuat cerita menjadi sama sekali berbeda. Pada akhir tahun 2014, peretas memaksa perusahaan film yang berbasis di AS ini bertekuk lutut.

Seluruh jaringan komputer tumbang, email tidak bisa diakses, dokumen penting bocor, dan film produksi Sony beredar bebas di internet. Para ahli mengatakan bahwa Sony memerlukan minimal setahun untuk memperbaiki semua sistem yang rusak.

Serangan ini ditenggarai dilakukan oleh Korea Utara sehubungan dengan akan dirilisnya film komedi "The Interview" yang membuat Kim Jong-Un tersinggung.

Film yang diperankan oleh Seth Rogen dan James Franco ini menceritakan mengenai dua jurnalis yang direkrut oleh CIA dengan misi membunuh Kim Jong-Un.

Setelah kejadian ini, kelompok yang sama menjadi lebih ambisius dengan membobol rekening Bank Sentral Bangladesh, pada tahun 2016, menarget sebuah perusahaan telekomunikasi di Timur Tengah, dan juga menembus database organisasi yang mendanai Olimpiade Jepang.

Bagaimana rezim Korea Utara mengumpulkan tim peretas unggulan?

Adalah Ri Jong-Yol, seorang mahasiswa prodigi berusia 18 tahun asal Korea Utara. Selama tiga tahun berturut-turut, ia telah memenangkan Olimpiade Matematika Internasional.

Namun di suatu malam tahun 2016, pada saat ia baru saja kembali memenangkan timnya di Hong Kong, ia raib begitu saja dari mes tempat menginapnya di Hong Kong University.

Menurut kabar, mahasiswa yang sedang berkuliah di Universitas Seoul ini, telah bekerja pada pemerintah Korea Utara pada bidang matematika.

Namun menurut Kim Heung-Kwang, seorang pelarian dari Korea Utara, bisa saja Ri sekarang telah menjadi bagian dari tim peretas Korea Utara, yang terdiri dari ribuan anggota.

Tim elit yang dibentuk negara.

Pada tahun 2017, para pakar berkumpul di Seoul, Korea Selatan untuk membahas mengenai kemampuan meretas Pyongyang yang meningkat dengan sangat tajam.

Salah satu kesimpulannya adalah tim elit peretas ini telah dilatih secara professional oleh sebuah lembaga resmi. Sebabnya, dengan kondisi di Korea Utara, dimana komputer rumah dan akses internet adalah hal yang langka, mustahil untuk menemukan peretas otodidak sebagaimana di negara-negara maju.  

Pemograman komputer tidak diajarkan secara umum di Korea Utara. Pada pendidikan sekolah dasar dan menengah, pemerintah menjadikan matematika dan sains sebagai mata pelajaran wajib.

Hanya murid yang mahir pada kedua bidang tersebutlah yang kemudian diseleksi untuk belajar komputer dan bahasa program secara khusus pada universitas terkenal di Korea Utara, yaitu Kim Il-Sung University dan Kim-Chaek University of Technology.

Foto Universitas Kim Il-Sung (sumber: exploreddprk.com)
Foto Universitas Kim Il-Sung (sumber: exploreddprk.com)

Ditenggarai, mahasiswa jurusan sains komputer pada kedua universitas top negeri ini, telah diajarkan teknik membuat program komputer dan peretasan dasar.

Beberapa mahasiswa yang menonjol, kemudian diseleksi lagi pada tahap lanjutan di Moranbong University, Korea Utara, untuk digembleng sebagai peretas profesional.   

Visi dari Pemimpin Kim sejak tahun 1996.

Tidak disangka, ide dan untuk mengumpulkan dan melatih para peretas tingkat professional, sebagai bagian dari strategi militer dan penguatan ekonomi, telah muncul sejak tahun 1996.

Di saat itu, pemimpin Kim Jong-Il, yang merupakan ayah dari Kim Jong-Un telah berdaulat bahwa "seluruh peperangan di masa depan adalah peperangan komputer."

**

Pada saat seluruh dunia memandang Korea Utara sebagai negara terbelakang, mereka baru sadar bahwa progress pengetahuan peretasan negara Kim Jong-Un ini sudah berkembang dengan demikian cepatnya.

Semoga saja, apa yang sering dibayangkan oleh pencipta karya fiksi tidak terjadi. Ilusi tombol nuklir Amerika Serikat dan Rusia yang tiba-tiba sudah berpindah tangan ke jari Kim Jong-Un.

Referensi: 1 2 3 4 5 6

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun