Menyambut Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia (RI), Bank Indonesia (BI) menerbitkan uang kertas 75.000 rupiah edisi khusus. Uang ini adalah jenis commemorative money atau Uang Peringatan Kemerdekaan (UPK) 75 tahun RI. Â
Sebelumnya pemerintah Indonesia melalui BI telah menerbitkan UPK sebanyak tiga kali, yaitu pada peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-25 (1970), ke-45 (1990), dan ke-50 (1995).
Menurut Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, peluncuran UPK ini bukan sebagai tambahan likuditas atau kebutuhan pelaksanaan kegiatan ekonomi, karena hanya dicetak sebanyak 75 juta lembar saja.
Namun demikian, UPK ini tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah (legal tender). Akan tetapi karena bersifat terbatas, UPK ini cenderung menjadi barang koleksi dan bersifat eksklusif.
Suasana terasa berbeda pada perayaan HUT ke-75 RI di tahun 2020 ini. Ditengah gempuran Covid-19 dan ancaman resesi dunia, Indonesia dihadapkan dengan salah satu tantangan terberat sepanjang sejarah Republik.
Situasi kali ini akan terasa berat, jika pemerintah dan rakyat Indonesia tidak bergandengan tangan. Signal telah diberikan oleh Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan melalui kalimat "Indonesia Membajak."
Terbersit sebuah pemikiran 'nyeleneh' dari penulis yang menghubungkan situasi ini dengan penerbitan UPK 75 tahun.
Paling tidak, ada sebuah sejarah informal yang didapatkan dari 'bisik-bisik tetangga'Â mengenai hal yang sama dilakukan oleh negara tetangga, yaitu Singapura.
Konon kabarnya, pada tahun 1986-1987, ketika jalur kereta api cepat (MRT) pertama kali dibangun di Singapura, ada ancaman resesi yang menghantui negara ini.
Seorang rahib yang dipercayai oleh pemerintah Singapura, kemudian menyarankan sebuah muslihat Fengshui untuk menyelamatkan negara dari ancaman resesi.
Solusinya adalah: "semua rakyat Singapura harus memiliki benda berunsur segi delapan 'Patkwa' di rumah masing-masing."
Namun pemerintah Singapura tidak kehabisan akal. Mencari jalan tengah yang terbaik, akhirnya mereka menerbitkan uang logam pecahan 1 dollar edisi khusus berbentuk Patkwa.
Namun, ternyata kisah yang hampir mirip juga telah merasuki negara Filipina. Pada tanggal 9 Januari 1993, Reuters melaporkan, presiden Filipina, Fidel Ramos akan memeriksa saran ahli Fengshui mengenai 3 hal yang menyebabkan berbagai kemalangan yang menimpa negara itu.
Pertama, adanya 3 pohon di halaman depan Istana Malacanang yang ditenggarai telah menghambat energi kosmik. Kedua adalah simbol 'Singa Laut' dengan ekor bengkok yang membawa kesialan pada simbol kepresidenan, dan yang ketiga adalah adanya 13 bintang yang melambangkan 13 orang dengan angka 500 muncul sebanyak 13 kali pada lembaran 500 peso terbaru.
Nah, pertanyaan menggelitik, adakah unsur Fenghsui pada UPK 75 tahun kemerdekaan RI edisi terbatas ini? Jika ada, ingat ya, jumlahnya hanya 75 juta lembar saja, yang jika didistrubiksan secara merata, akan dimiliki oleh hanya sekitar 27.77% dari rakyat Indonesia saja.
Akan tetapi, ini hanyalah opini penulis yang bukan ahli Fengshui. Jika suatu waktu, akan timbul analisis seperti ini, maka pastikanlah itu bukan cocok-o-logi, karena kita sudah terbiasa menghubung-hubungkan sesuatu dengan apa yang kita ingin persepsikan.
Tidak ada yang sahih disini, hingga pemerintah secara resmi mengumumkan makna gambar dan simbol pada lembaran uang 75.000 tersebut.
Dirgahayu Indonesiaku, Jayalah Bangsaku!
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI