Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menjamboet 17 Agoestoes, Sila Batja Toelisan jang Bagoes Ini

16 Agustus 2020   06:04 Diperbarui: 16 Agustus 2020   06:42 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: tribunnews.com)

Ejaan bahasa Indonesia (EBI) terbaru yang kita gunakan sehari-hari baru saja terbentuk pada tahun 2015, yang dibuat berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50, Tahun 2015.

Lha, kok baru ya? Jangan terkejut dulu, karena disebutkan bahwa perkembangan pengetahuan, teknologi, dan seni menjadi latar belakang keluarnya keputusan ini.

Namun sebenarnya, perubahan tidak terjadi secara signifikan, karena hanya merupakan perbaikan dari Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Ejaan van Ophuisjen yang dibentuk pada tahun 1901, dan digunakan dalam Soempah Pemoeda adalah merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia resmi, setelah itu, sebelum EBI yang kita gunakan saat sekarang, tercatat ada 5 ejaan yang mengalami perubahan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Bahasa Indonesia, telah mengalami 7 kali tahap evolusi.

Setelah Ejaan van Ophuisjen, pada tanggal 19 Maret 1937, bahasa Indonesia resmi mendapatkan Ejaan Soewandi yang dibuat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomer 264/Bhg.A.

Disebut Ejaan Soewandi karena penyusunnya adalah Raden Soewandi yang kala itu juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Ejaan ini memiliki nama lain, yaitu Ejaan Republik.

Sebenarnya perubahan ini memiliki latar belakang unsur politik yang cukup kental, yaitu setelah merdeka, Indonesia ingin mengikis citra Belanda yang terwakili oleh Ejaan van Ophuisjen.

Ejaan Pembaharuan.

Ditetapkan pada tahun 1954, melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Namun ejaan yang diusulkan oleh Prof. M. Yamin ini tidak jadi diresmikan. Pun pembaharuan yang disarankan hanya berupa standar fonem dan diftong yang minor.

Ejaan Melindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun