Menurut Freddy, dulu para orangtua Tionghoa saling membantu dalam hal perjuangan, tetapi dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Mereka tidak berani terang-terangan.
"Perjuangan mereka misalnya menyembunyikan para pejuang indonesia di rumah dagang warga Tionghoa. Termasuk saat para pejuang Indonesia melakukan pertemuan-pertemuan tertutup."
Yang Freddy dengar, keluarga Thoeng saat itu menjadi target operasi Jepang, karena marga ini jelas mengikhrarkan perlawanan terhadap Jepang, setelah sang Mayor terbunuh.
Informasi yang diperoleh Freddy, Mayor Thoeng itu ditembak oleh Jepang di sekitar jembatan kembar Sungguminasa, Gowa, sekarang. Jenazahnya ditemukan di tempat itu setelah Jepang bertekuk lutut kepada sekutu.
Makam Mayor Thoeng ada di Bolangi Kabupaten Gowa, setelah dipindahkan dari Batujangang yang kini sudah menjadi Kantor Gubernur Sulsel, pada tahun 1984.
"Di Bolangi itu ada dua kuburan yang paling besar, salah satu di antaranya adalah makam Mayor Thoeng,'' kunci Freddy.
Kharismatik, tegas, itulah kesan pertama tim penulis saat melihat langsung lukisan sang Mayor berukuran 3x1 meter ini.  Sulit membayangkan ia tewas karena menolak bekerja sama dengan tentara Jepang.  Lebih sulit lagi membayangkan saat ia tak dikenang sebagai tokoh di Makassar.
"Barangkali karena pemerintah di sana lebih peduli. Sebab, pemberian Mayor itu, tak lepas dari keluarga kerajaan di sana,"Â ucap Freddy.
Keturunan Marga Thoeng di Makassar.
Bisa dibilang Marga Thoeng banyak berjasa di Makassar. Selain keturunan Mayor Thoeng, adalagi keluarga Thoeng lain yang berjasa. Keluarga ini berjasa menyiarkan agama islam di Makassar. Â Namanya, Thoen Chen Ting atau terkenal dengan sebutan Haji Baba Guru.