Puisi ke-58
"Masalah besar terselesaikan, dan seluruh orang asing menyerah. Enam atau Tujuh negara menjadi saudara, sahabat, hingga suasana damai kembali. Bahaya hanya tersisa di sebelah Barat Laut, yang membuat kita tidak dapat menyanyikan lagu perdamaian dunia."
Puisi ke-59
"Tak ada kastil, tak ada tembok. Bukan punyaku, bukan punyamu. Seluruh dunia menjadi satu saudara, kemakmuran menghampiri seluruh negeri. Satu orang untuk seluruh kebahagiaan dunia. Mengikuti Tuhan dan akan memberikan kemakmuran bagi seluruh dunia. Merah, kuning, hitam, putih, semuanya bersatu. Utara, Timur, Selatan, dan Barat bersama-sama dalam harmoni."
"Satu negatif, satu positif, sebuah siklus yang tak pernah berakhir. Pengakhir akan mengakhiri, Pemula akan memulai. Angka Tuhan (The Number of God) akan dipelajari pada tahap ini. Konsep alami dari kemanusiaan akan diakhiri. Terlalu banyak hal yang akan dikatakan, mendorong seseorang untuk beristirahat, sesungguhnya adalah hal yang bagus."
Namun apakah puisi ke-56 hingga ke-60 perlu dikhwatirkan? Adakah di antara kita yang memiliki kemampuan untuk menerjemahkannya?
Tidak ada yang pernah tahu, hingga kejadian besar akan datang menghampiri dan dihubungkan dengan karya sastra ini. Dimanakah letak pandemi pada deretan puisi ini? Atau jangan-jangan serangan virus corona bukanlah hal besar, hingga tidak pantas masuk ke dalam ramalan Tu Bei Tu?
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS