Namun sebagaimana lazimnya sebuah pemerintahan diktator, kaum Donju adalah mereka yang memiliki hubungan baik dengan rezim Kim Jong-Un. Nah, sebagai efek timbal balik, hampir pasti seluruh pebisnis terlibat korupsi bersama para pejabat tinggi di sana.
Diam-diam kehadiran kaum Donju merupakan sebuah hubungan simbiosis mutualisme dengan penguasa Kim. Meskipun merupakan penguasa utama di Korea Utara, namun ia sadar bahwa tidak semua hal bisa ia kerjakan sendiri.
Negara miskin seperti Korea Utara membutuhkan stabilitas ekonomi, agar tidak benar-benar jatuh miskin. Kaum Donju ini sering disebut sebagai tangan tak terlihat ekonomi Korea Utara.
Mereka tidak punya kantor resmi atau nama perusahaan yang mentereng. Mereka juga tidak memerlukan bantuan lembaga finansial resmi, karena semuanya dikerjakan sendiri. Â
Kaum Donju terlibat dalam beragam bisnis, mulai dari ritel, properti, hingga penyelundupan, tetapi peran utama mereka adalah peminjaman uang yang berasal dari modal asing yang dimiliki.
Mereka hidup bagaikan hantu yang membohongi dunia internasional hingga ke pejabat pemerintah rendahan yang tidak perlu tahu.
Dalam beberapa tahun terakhir, pasar real estat Korea Utara juga bertumbuh sangat cepat, yang membuat Kim Jong-Un memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan kepada dunia internasional.
Istilah 'Pyongyang Speed' merupakan salah satu bukti keterlibatan Donju. Pembangunan Mirae Scientist Street dan gedung residensial dekat Sungai Taedong yang hanya dikerjakan dalam waktu 6 bulan telah mencengangkan banyak orang.
Menurut Jung Eun-lee, seorang peneliti ekonomi dan real estat dari Universitas Kyung-Sang, pemerintah telah bekerja sama dengan kaum Donju untuk pembangunan infrastruktur yang dapat memutar ekonomi negara itu.
Selain itu, bantuan investasi dari Tiongkok juga ditenggarai menjadi sumber utama atas aliran devisa yang segar dan besar bagi Korea Utara. Korea Utara tetap membutuhkan teori ekonomi yang mumpuni, untuk menjaga kesehatan pundi-pundi negara.