Hal ini ditambah dengan budaya bunuh diri di Jepang. Kita mengenal aksi Harakiri, dimana bunuh diri adalah tindakan terhormat untuk menutup aib. Pun halnya dengan Jiketsu, yang menyatakan bahwa aksi bunuh diri adalah tindakan rasional, sepanjang berdasarkan keputusan sendiri.
Pemerintah Jepang telah menempatkan kasus ini sebagai masalah sosial yang besar. Dalam 10 tahun terakhir, mereka telah memasang rambu-rambu larangan bunuh diri, kamera pengawas, hingga petugas hutan.
Namun ketenaran lokasi ini, tidaklah seindah karya fiksi yang dibuat. Adalah Ubasute yang merupakan salah satu tradisi terkelam bangsa Jepang, yaitu membuang orangtua manula yang sudah sakit-sakitan.
Tempat pembuangan yang paling populer tentunya adalah hutan Aokigahara ini, yang konon berisikan arwah gentayangan yang mengajak siapapun untuk ikut serta!Â
Nama lain Aiokogahara adalah Ubasuteyama, atau Gunung Pembuangan Nenek.
Secara harafiah, kata Ubasuteyama berasal dari tradisi Ubasute, yaitu membuang orangtua di gunung. Meskipun belum diketahui kebenarannya, namun legenda ini sangatlah populer di Jepang.
Orangtua tersebut akan ditinggalkan sendiri di gunung, hingga menemui ajal dengan mati kelaparan, kedinginan, dehidrasi, atau dimakan binatang buas.
Walaupun cerita ini lebih banyak mengandung unsur mitos, namun kejadian pembuangan lansia di Jepang marak terjadi, akibat terilhami dari hikayat ini. Pada umumnya karena alasan ekonomi, sehingga beberapa kasus pembuangan lansia marak terjadi di berbagai daerah terpencil di Jepang.Â
Kuil Okunoin -- Tempat Pemakaman Mayat yang Tidak Mati.