Corona sudah mengguncang dunia, bukan hanya sekedar masalah hidup mati tapi juga harga diri.
"Corona monyong, kamu udah bikin milayaran manusia menderita, terlahirlah engkau di neraka!!!"
Kira-kira begitulah isi hati yang sudah dipendam berbulan-bulan lamanya. Namun apa daya, virus adalah virus, mikrorganisme yang hidup berdampingan dengan manusia.
Virus Corona telah memilih Wuhan sebagai episentrum pertamanya. Diumumkan secara resmi oleh pemerintah China pada tanggal 31 Desember 2019, dan adalah dr. Li Wenliang yang bertindak sebagai whistleblower.
Sebelum diumumkan secara resmi, dr. Li telah mengdiagnosis tujuh pasien yang disebut "telah mengidap penyakit mirip seperti SARS," yang mencakup sindrom pernafasan akut.
Mengutip CNN, dr.Li menjelaskan kalau virus Corona yang beredar ini memiliki spesies yang sama dengan virus-virus corona sebelumnya, khususnya SARS dan MERS yang sempat melanglang buana di tahun 2012.
Namun, ternyata Corona memiliki sejarah yang jauh lebih panjang dari apa yang diketahui. Persisnya pada tahun 1964 dimana seorang wanita yang bernama June Almeida yang pertama kali menemukannya.
Ia adalah putri dari seorang supir bus asal Skotlandia dan meninggalkan bangku sekolah pada usia 16 tahun, tapi melalui perjalanan panjang, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan sebagai teknisi laboratorium histopatologi di Glasgow Royal Infirmary, Inggris Raya.
Pada tahun 1954, June menikah dengan seorang pria asa Venezeula, dan berhijrah ke Kanada dan bekerja di Ontario Cancer Institute. Di tempat kerjanya yang baru ini-lah, ia mengembangkan ketrampilannya yang luar biasa atas penggunaan mikroskop elektron.
Keahliannya ini akhirnya menarik perhatian pemerintah Inggris dan ia pun kembali pada tahun 1964 dan bekerja di Sekolah Medis Rumah Sakit St. Thomas, London, dan bekerja sama dengan Dr. David Tyrell, seorang peneliti flu.
Di tempat barunya ini, June Almerida pertama kali menemukan virus corona pada tahun 1964. Caranya adalah dengan menggabungkannya dengan antibodi untuk mendapatkan citra virus, hingga dunia medis dapat melihat bentuk dari virus corona yang mematikan ini.
Berawal dari Penelitian Flu Biasa.
Dr. Tyrell sebelumnya telah memelajari virus flu yang berasal dari hidung seorang murid sekolah pada tahun 1960. Ia menemukan fenomena dimana sebuah  virus tidak dapat bertumbuh dalam kultur sel rutin, namun mampu berkembang pada kultur organ.
Virus yang dikenal pertama kali sebagai jenis B814 ini kemudian dikirim ke Almeida untuk melihat partikel virus dan disinilah Almeida pertama kali mendapatkan sebuah gambaran jelas dengan apa yang kemudian bernama virus corona, atau sekelompok virus yang memiliki tampilan bermahkota (corona).
Penemuan baru dari strain jenis B814 ini kemudian ditulis dalam jurnal ilmiah British Medical Journal tahun 1965. Dr. Tyrell, Almeida, dan Prof. Tonny Waterson menamakan corona pada virus tersebut karena mahkota atau lingkaran cahaya yang mengelilinginya.
Virus Corona ke-Tujuh.
Nah, bagi yang belum tahu, Covid-19 ternyata merupakan virus corona ke-7 yang menginfeksi manusia. Dengan demikian, Almeida sebenarnya tidak menemukan virus corona yang pertama.
Sejak tahun 1937, para peneliti telah menemukan virus ini di tubuh unggas yang mengalami infeksi bronkitis dan menyebabkan kematian ayam ternak besar-besaran.
Setelah itu, mereka menemukan fakta lain bahwa virus corona juga dapat menginfeksi tikus, anjing, kucing, babi, dan hewan ternak lainnya.
Barulah pada tahun 1960-an, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menemukan virus corona yang bermutasi dari hewan dan dapat menyerang manusia, yang kita kenal dengan istilah Zoonosis.
Jenis-jenis Virus Corona.
Virus corona yang menginfeksi binatang ini terbagi menjadi empat sub-kelompok utama yang dikenal sebagai alfa, beta, gama, dan delta. Selama ini, virus corona yang menular dari binatang ke manusia adalah corona tipe alfa dan beta.
Adapun sudah tercatat ada empat tipe corona alfa yang sudah menyerang manusia, yaitu HCoV-229E; HCoV-NL63; HCoV-OC43; dan HCoV-HKU1. Sementara untuk corona beta, sudah ada tiga yang diidentifikasi, yaitu, SARS, MERS-CoV, dan Sars-Cov-2.
Virus Corona alfa tidak seganas beta, dan hanya menyebabkan penyakit saluran ringan hingga sedang seperti flu biasa dan akan sembuh dengan sendirinya.
Sementara virus beta yang menyebabkan pneumonia atau bronkitis, bisa membahayakan jiwa karena menginfeksi paru-paru, sehingga membuat pasokan oksigen ke tubuh berkurang dan menyebabkan kematian.
Memang benar hingga saat ini, belum ada obat atau vaksin yang dapat menyembuhkan dan mencegah penularan virus Sars-Cov-2 ini, namun paling tidak, adalah seorang June Almeida yang telah berjasa terhadap penemuan fisik yang dapat dilihat melalui mikroskop elektron.
Setelah penemuan ini, Almeida sempat berhenti melanjutkan tugasnya sebagai seorang Virolog. Ia menjadi guru yoga, namun kembali lagi ke dunia yang membesarkan namanya ini pada tahun 1980-an untuk membantu mengambil gambar baru dari virus HIV.
Almeida meninggal pada tahun 2007, di usia 77 tahun. 13 tahun setelah kematiannya, ia akhirnya mendapatkan pengakuan yang layak sebagai pelopor, mengenai pemahaman kerja virus yang saat ini telah menyebar ke seluruh dunia.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H