Nah, kita kembali dulu kepada fenomena seseorang yang tidak jadi menikah, karena perhitungan ramalan, seperti Primbon, Zodiak, atau Pei Jit.
Mengapa manusia suka menggunakan sebuah ramalan untuk menentukan sebuah pernikahan? Menurut penulis, ada beberapa alasan;
Pertama, pernikahan adalah hal yang sakral dan seharusnya hanya sekali dalam seumur hidup. Saking pentingnya hal ini, sehingga semua resiko harus dipertimbangkan, baik yang kasat mata, maupun tidak.
Orangtua tentunya akan melarang, jika pilihan hati anaknya memiliki sifat-sifat yang tidak baik. Namun kadang sifat yang baik pun bukan merupakan jaminan kelanggengan sebuah pernikahan. Disinilah peran ramalan atau sejenisnya menjadi penting.
Kedua, adanya tradisi leluhur yang harus dipertahankan. Banyak hal yang membuat seseorang terikat dalam lingkar budaya turun-tenurun. Alasan yang paling klasik adalah menjaga eksistensi sosial keluarga.
Pemberian nama yang sesuai adat, menjaga norma berdasarkan budaya, serta cara berperilaku seperti yang diwariskan, membuat manusia cenderung melakukan copy-paste terhadap kebiasaan yang sudah sering dilakukan sejak dahulu kala.
Ketiga, pada budaya timur, menikah bukan hanya urusan dua hati yang saling terpadu, namun juga adalah urusan keluarga besar. Di Indonesia, menikah dengan pujaan hati, berarti harus siap "menikah" dengan seluruh keluarga.
Adat timur yang kita pahami, mengajarkan bahwa sebuah keluarga yang utuh, adalah keluarga yang selalu siap saling mendukung dalam suka dan duka. Sayangnya hal ini sering disalah pahami dengan ikut-ikutan menilai calon pasangan dari keluarga yang akan menikah.
Nah, ketiga alasan ini kemudian membuat ramalan menjadi hal penting sebelum melangkah lebih jauh lagi ke jenjang pernikahan.
Namun apakah ramalan bisa menjadi sangat akurat, sehingga pantas untuk membatalkan sebuah rencana pernikahan yang suci?
Penulis bukanlah seseorang yang antipati terhadap ramalan yang menyarankan untuk tidak menikah. Jika weton nya tidak sesuai, maka seharusnya dikembalikan kepada diri masing-masing.