Demikian pula halnya dengan pria dan wanita. Sebagai kaum yang berbeda, pria biasanya lebih banyak mengkhwatirkan mengenai kehancuran alam atau perang, sementara wanita lebih berfokus pada konflik interpersonal.
Nah perbedaan ini, dipicu oleh perbedaan hormon dan juga sudut pandang sosial dari keduanya.
Akan tetapi, ada pula hal berbeda yang diungkapkan oleh Deirdre Barret, seorang psikolog dan peneliti mimpi dari Harvard Medical School. Ia berpendapat, "Benar-benar tidak ada penelitian yang mendukung sudut pandang bahwa mimpi dapat mengungkapkan perasaan dalam batin."
Menurutnya, mimpi tidak mengandung simbol-simbol yang dapat menciptakan kamus atau penerjemah mimpi yang sesungguhnya.
Hal ini kemudian mengubah paradigma dari para pelaku sejarah. Sepanjang yang kita ketahui, manusia telah lama meyakini bahwa mimpi memiliki makna spiritual.
Orang Mesir Kuno menganggap bahwa mimpi merupakan pesan dari para dewa, sementara orang Yunani dan Romawi menganggap bahwa mimpi dapat memprediksi masa depan. Demikian pula dalam kultur Indonesia pada umumnya, dan Jawa pada khususnya, yang dikenal memiliki buku Primbon untuk menafsir mimpi.
Pun dalam keseharian, ada beberapa mimpi "terkenal" yang umum dialami oleh setiap orang dan biasanya berlandaskan kepercayaan umum atas arti dari mimpi tersebut.
Sebagai contoh, mimpi gigi copot menandakan adanya kerabat yang akan meninggal, mimpi telanjang mengartikan akan kehilangan sesuatu, dan mimpi terjatuh yang biasanya dihubungkan dengan masalah besar yang akan menghampiri.
Namun sekali lagi, para saintis sepertinya tidak pernah akur dengan para penganut mistis. Ahli psikologi dan pengamat mimpi, Ian Wallace dan Russell Grant, memiliki pendapat berbeda mengenai mitos mimpi yang terkenal ini.
Mimpi gigi yang copot, dinilai sebagai seseorang yang sedang mengalami sesuatu yang membuat ia kehilangan kepercayaan diri, mimpi terjatuh menandakan kita yang sedang terlalu serius terhadap suatu hal, dan lain sebagainya.
Nah, kembali kepada artikel Ade Ira Cahyanti, disebutkan ada tiga kejadian yang ia alami selama hidupnya yang berubah menjadi kenyataan. Apakah para pembaca memiliki pengalaman yang sama? Jika iya, mari kita mengulas dari sisi spititual dan sains.