Baca juga: Teungku Tapa, Panglima Perang Aceh Melawan Belanda yang Terlupakan
Meskipun hingga sekarang, masih banyak yang menganggap bahwa ketenaran beliau adalah karena ia memiliki kekuatan sebagai manusia titisan dewa, namun hal yang dapat diteladani dari Zhuge Liang, adalah contoh yang baik yang diberikan melalui ketokohannya.
Rasa Kemanusiaan dan Dedikasi yang Tinggi.
Posisi politiknya yang tinggi sebagai ahli strategi dan Perdana Menteri tidak membuat dirinya kehilangan rasa kemanusiaan yang tinggi. Hal ini yang membedakannya dengan para ahli strategi sebelumnya.
Pada penyerangan ke selatan dengan menaklukan Nanzhong yang dihuni oleh suku Nanman (suku barbar selatan), Zhuge Liang berhasil menangkap Meng Huo, pemimpin Nanzhong sebanyak 7 kali dan melepaskannya, sampai akhirnya Meng Huo menyerah tunduk pada Zhuge Liang dan diangkat sebagai gubernur di wilayah selatan tersebut.
Dedikasi yang tinggi juga menandai ketokohan dari Zhuge Liang. Pada tahun 234M saat menghadapi pasukan Wei yang dipimpin oleh Shima Yi, Zhuge Liang sadar bahwa pasukannya memiliki harapan yang tipis untuk memenangkan peperangan.
Ditengah sakit kerasnya, Zhuge Liang kemudian menunjuk Jiang Wei sebagai penerusnya, sambil menyusun strategi besar agar pasukan Shu dapat keluar dari pertempuran dan menghindari korban jiwa yang besar.
Baca juga: Sejarah Singkat tentang Makam Panglima Shaman di Subulussalam Aceh
Pada saat Zhuge Liang meninggal dunia, Jiang Wei kemudian menjaga berita kematian Zhuge Liang, sambil menjalankan strateginya sampai mereka kembali dengan selamat di lembah Baoye untuk kembali ke Hanzhong.
Namun sayangnya, Shima Yi menyadari strategi ini dan berhasil menaklukkan pasukan Shu. Setelah perang berakhir, Sima Yi pergi ke sisa-sisa perkemahan Shu yang telah kosong dan menganugerahi Zhuge Liang sebagai 'The greatest mind under heaven'. (Pikiran Terbesar di bawah Surga).
Wasana Kata.