Perilaku dan perubahannya terjadi secara alami melalui usaha-usaha manusia yang dilakoninya setiap hari. Marilah kita jadikan kelemahan sebagai sebuah ajang instropeksi diri, dan kelebihan sebagai sebuah kekuatan tanpa tepi.
Kadang kelemahan dapat menjadi sebuah kelebihan dengan munculnya penerimaan oleh lingkungan. Sebagai contoh, Lenny (nama samaran). Ia terkenal dengan seseorang yang sangat pemalu, namun kelemahannya ini telah diakui dan diterima oleh seluruh temannya.
Namun jika energinya berubah secara spontan, dari malu-malu menjadi malu-maluin, maka satu label yang akan disematkan pada dirinya, yaitu "Gila."
Mengharapkan sebuah energi yang berubah secara drastis adalah suatu hal yang mustahil dan juga tidak bagus. Perubahan perilaku terjadi secara perlahan.
Oleh sebab itu, mengubah nama dengan harapan mengubah nasib secara instan sangatlah tidak disarankan, karena pada akhirnya akan memunculkan kekecewaan akibat harapan yang terlalu tinggi.
Penulis menyarankan untuk mengembangkan potensi diri yang memang sudah ada sejak lahir. Dengan menghitung ketidakharmonisan takdir dan nasib, maka manusia dapat mengembangkan energi yang berasal dari nama panggilan.
Setiap orang biasanya memiliki beberapa nama panggilan, dan biasanya ada satu nama panggilan yang memiliki energi yang terbaik. Penulis akan menyarankan untuk menggunakannya, dengan catatan harus terasa nyaman dalam benak, dan sang pemilik harus memahami arti dari nama tersebut yang akan diberikan setelah dihitung.
Makna Nama Dalam Abidhamma.
Menarik melihat bahwa proses Abidhamma yang telah berusia 2500 tahun sejak kelahiran Sang Buddha, memiliki pemahaman yang sama mengenai proses pemaknaan nama.
Menurut Romo Selamat Rojali, dalam Buddhisme terdapat dua hal terkait konsep nama, yaitu Nama Panatti dan Attha Panatti.
Nama Panatti adalah konsep kata / sebutan atas penamaan sebuah obyek. Sementara Attha Panatti adalah konsep yang mendukung Nama Panatti.