Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Online Dhammavagansa: "Perlukah Mengubah Nama untuk Mengubah Nasib?

25 Juni 2020   12:45 Diperbarui: 25 Juni 2020   12:50 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi (sumber: KBTI Surabaya dan Pancavihara)

Dalam acara On-line Dhammavaganza Talkshow yang diselenggarakan oleh Keluarga Besar Theravada Indonesia (KBTI) dan Pancavihara Surabaya pada hari Selasa, tanggal 23.06.2020, penulis berkesempatan menjadi narasumber dengan tema "Perlukah Mengubah Nama untuk Mengubah Nasib"

Sungguh suatu kebanggan sebagai seorang Kompasianer, karena ide ini berasal dari tulisan yang dituangkan pertama kali di Kompasiana pada bulan Desember 2019. (baca disini).

Dalam acara yang dihadiri oleh kurang lebih 350 peserta, penulis berdampingan dengan Narasumber Romo Selamat Rojali, seorang pengajar di bidang Abidhamma atau "ilmu yang memelajari proses pikiran dalam Buddhisme."

Acara ini dipandu oleh Donny de Keizer, seorang newscaster TV swasta nasional senior yang juga merupakan sahabat lama penulis dan Romo Selamat Rojali dari organisasi Indonesia Professional Speakers Association (IPSA).

Sebagaimana temanya, penulis membahas proses perubahan nama terhadap nasib seseorang dari sisi Numerologi, sementara Romo Selamat membahasnya dari sisi proses pikiran dalam Abidhamma.

Perubahan Nama Dalam Numerologi.

"Takdir adalah hal yang tidak bisa berubah, begitu pula dengan tanggal lahir, namun nama yang bisa berubah menandakan nasib dapat berubah. Kita dapat mengubah nasib dengan berbagai cara, seperti mengubah pola pikir, menjaga ucapan, dan memperbaiki etos kerja. Pertanyaanya: Perlukah mengubah nama untuk mengubah nasib?"

Ini adalah pernyataan penulis pada awal acara yang jelas mengarah kepada 3 kata kunci, yaitu Nama, Nasib, dan Proses perubahan itu sendiri.

Dalam Numerologi, indikator yang berasal dari tanggal lahir dan nama akan menentukan bagaimana keharmonisan energi yang berada dalam diri seseorang.

Jika tidak harmonis, maka berbagai macam konflik batin akan timbul, hingga memengaruhi perjalanan hidup. Secara umum, solusi yang ditawarkan oleh Numerolog adalah penggantian nama yang konon dapat mengubah nasib.

Namun hal ini kurang disetujui oleh penulis. Tanggal lahir adalah aliran energi, bergitu pula dengan nama. Kedua aliran energi ini telah berada dalam diri kita sejak lahir.

Tanggal lahir adalah energi statis yang menandakan identitas kelahiran kita di dunia ini, sementara nama adalah energi dinamis yang mewakili perilaku yang mengarah kepada nasib.

Perilaku dan perubahannya terjadi secara alami melalui usaha-usaha manusia yang dilakoninya setiap hari. Marilah kita jadikan kelemahan sebagai sebuah ajang instropeksi diri, dan kelebihan sebagai sebuah kekuatan tanpa tepi.

Kadang kelemahan dapat menjadi sebuah kelebihan dengan munculnya penerimaan oleh lingkungan. Sebagai contoh, Lenny (nama samaran). Ia terkenal dengan seseorang yang sangat pemalu, namun kelemahannya ini telah diakui dan diterima oleh seluruh temannya.

Namun jika energinya berubah secara spontan, dari malu-malu menjadi malu-maluin, maka satu label yang akan disematkan pada dirinya, yaitu "Gila."

Mengharapkan sebuah energi yang berubah secara drastis adalah suatu hal yang mustahil dan juga tidak bagus. Perubahan perilaku terjadi secara perlahan.

Oleh sebab itu, mengubah nama dengan harapan mengubah nasib secara instan sangatlah tidak disarankan, karena pada akhirnya akan memunculkan kekecewaan akibat harapan yang terlalu tinggi.

Penulis menyarankan untuk mengembangkan potensi diri yang memang sudah ada sejak lahir. Dengan menghitung ketidakharmonisan takdir dan nasib, maka manusia dapat mengembangkan energi yang berasal dari nama panggilan.

Setiap orang biasanya memiliki beberapa nama panggilan, dan biasanya ada satu nama panggilan yang memiliki energi yang terbaik. Penulis akan menyarankan untuk menggunakannya, dengan catatan harus terasa nyaman dalam benak, dan sang pemilik harus memahami arti dari nama tersebut yang akan diberikan setelah dihitung.

Makna Nama Dalam Abidhamma.

Menarik melihat bahwa proses Abidhamma yang telah berusia 2500 tahun sejak kelahiran Sang Buddha, memiliki pemahaman yang sama mengenai proses pemaknaan nama.

Menurut Romo Selamat Rojali, dalam Buddhisme terdapat dua hal terkait konsep nama, yaitu Nama Panatti dan Attha Panatti.

Nama Panatti adalah konsep kata / sebutan atas penamaan sebuah obyek. Sementara Attha Panatti adalah konsep yang mendukung Nama Panatti.

Sebagai contoh, Donny adalah Nama Panatti, namun karena nama Donny adalah nama yang sangat umum, maka disematkanlah nama pendamping untuk membedakannya dengan Donny-Donny lainnya. Nah, sematan ini disebut dengan Attha Panatti.

Dalam hal pemberian Nama Panatti, maka orangtua telah memikirkannya berdasarkan suatu alasan, namun pada saat yang sama, maka dalam benaknya juga telah muncul Attha Panatti yang merupakan harapan atau doa yang lebih spesifik bagi sang anak.  

Bayi yang baru lahir akan mengenal Nama Panatti, namun belum Attha Panatti. Seiring waktu berjalan, Attha Panatti akan mulai dipahami oleh sang anak, melalui orangtua yang berharapan baik.

Seiring usia bertambah, sang anak pun dapat menambahkan makna Attha Panatti kedalam benaknya yang dipengaruhi dari lingkungan. Sungguh sayang, di zaman sekarang pengasuhan tidak hanya miliki oleh orangtua saja. Dengan padatnya pekerjaan dan tuntutan hidup, seringkali anak dititipkan kepada Mba dan Medsos.

Dengan demikian, maka orangtua tidak lagi menyadari apa saja informasi mengenai nama yang diberikan kepada anaknya yang memengaruhi Attha Panatti dalam dirinya.

Jika hasilnya positif, maka tentunya nama akan menjadi sangat bagus, namun jika sebaliknya, maka disanalah nama akan memberikan pengaruh yang jelek bagi pemiliknya.

Diberikan contoh seseorang yang bernama Mawar (nama samaran). Sedari kecil, karena wajahnya, ia sering disebutkan sangat mirip dengan ayahnya. Dengan demikian, tertanamlah dalam benak bahwa, "Mawar: adalah nama yang mirip ayahnya."

Sayangnya sang Mawar menerima informasi ini dengan mengasosiasikan seluruh kelakuan dan sifat ayahnya dengan nama Mawar. Sehingga sang ayah yang kebetulan malas, pun melekat pada namanya.

Di bawah alam bawah sadar, nama Mawar memengaruhinya untuk menjadi malas, hingga suatu hari, sang ibu yang mungkin sedang jengkel mengatakan kepadanya, "ya Mawar, kamu memang malas seperti bapakmu."

Nah, disini pengulangan dan penekanan dan pengulangan terjadi terhadap sifat malas yang diartikan dalam nama Mawar. Sehingga lambat laun, panggilan nama tersebut akan masuk sebagai sebuah efek senyawa (compounding effect) dengan sifat pemalas.

Mawar tidak senang dengan sifat pemalasnya, ia ingin berubah. Datanglah seorang bijaksana, yang mengatakan mungkin dirimu lebih tepat memiliki nama Dahlia, yang berarti mekar dan harum.

Meyakini Dahlia sebagai nama yang bagus, maka setiap pengulangan nama yang disebut akan membuat compounding effect baru untuk meninggalkan sifat malas yang melekat pada nama Mawar yang sudah dorman.

Proses Penerimaan Nama Dalam Batin.

Manusia menerima informasi dari panca indra, dan dimasukkan ke dalam batin yang bercampur dengan jutaan informasi berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu.

Nama adalah suara yang masuk lewat indra pendengar. Pada saat masuk ke dalam batin, maka terjadilah proses mapping. Nama yang tidak familiar tidak akan menimbulkan reaksi lebih lanjut, namun nama yang dikenal akan berlanjut ke proses pemaknaan.

Tentunya akan berbeda jika nama Rudy yang dipanggil dengan halus dengan panggilan yang kasar dan keras. Begitu pula dengan asosiasi panggilan seperti Pak Rudy atau Rudy Babi.

Informasi pada batin mencatat bahwa "pak" adalah sebuah panggilan yang sopan, sementara kata "Babi" adalah jenis hewan yang jorok dan malas.

Proses berlanjut kepada tahap selanjutnya yang menyentuh pola pikir, ucapan, dan tindakan. Jelas, "pak" dan "babi" akan menciptakan cerita yang sama sekali berbeda, meskipun kedua panggilan tersebut mengandung nama Rudy.

Dengan demikian, menurut Romo Selamat, nama bukan hanya sekedar nama, namun juga dapat menimbulkan efek karma (dalam bentuk perbuatan) setelah mendengarkan nama tersebut.

Karena nama, seseorang dapat jatuh cinta kepada dewi surgawi, juga karena nama, seseorang dapat membunuh 7 turunan.

Nama yang terbaik adalah nama yang memiliki pemaknaan yang baik, dengan demikian syarat terutama dari sebuah nama adalah harus terasa nyaman dalam benak sang pemilik nama.

Syarat lainnya, nama harus berisikan doa dan harapan baik yang perlu dipahami oleh sang pemiliknya, hingga hanya kebaikanlah yang akan datang padanya.

Menarik untuk melihat betapa Numerologi dan Abidhamma yang sama-sama telah berusia 2500 tahun memiliki persepsi yang sama mengenai nama dan nasib.

Semoga dengan tulisan ini, anda akan memahami bahwa nama sangat penting bagi seseorang, namun yang lebih penting lagi, adalah pemaknaan nama harus baik adanya.

Tidak perlu mengubah nama dengan membayar harga yang super mahal, karena pada dasarnya, nama adalah pemberian orangtua yang akan terus melekat hingga kiamat.  

Catatan: Untuk melihat rangkaian acara seutuhnya, klik disini

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun