Pandemi Covid-19 telah mengubah gaya hidup banyak orang. Kegiatan yang sebelumnya tidak penah digeluti, sekarang banyak diminati. Memasak, berkebun, atau nonton Drakor berseri, semuanya dilakukan, karena meningkatnya aktivitas dari dalam rumah.
Tidak terkecuali Seks. Iya kegiatan kasih sayang suami istri ini meningkat semakin tajam selama masa pandemi. Sebagai bukti, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut bahwa selama masa pandemi, ada lebih dari 400.000 kehamilan yang tak direncanakan.
Menurut Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN, faktor terbesar datang dari dua hal, yaitu banyaknya waktu terluang di dalam rumah, dan tutupnya klinik konsultasi kehamilan dan apotik, sehingga masyarakat sulit mendapatkan alat kontrasepsi.
Selain itu, ternyata kondisi stress pada masa pandemi juga menyuburkan aktivitas kaum dewasa ini. Menurut Helen Fisher, peneliti dari Kinsey Institute. Kecemasan dapat memicu produksi hormon testoteron yang merupakan stimulan alami penghasil gairah seksual.
Kegiatan hormon ini ternyata tidak semua berdampak pada kehamilan. Ada pula manusia yang sedang menjalani masa karantina, namun tetap membutuhkan aktivitas pelampiasan syahwat ini.
Sebelum masa pandemi, kegiatan seks konvensional dengan berbagai cara mungkin bisa dilakukan, namun di zaman yang membutuhkan physical distancing, justru alat bantunya yang semakin dibutuhkan. Â
Kyla Khatter, seorang manajer toko dewasa (adult store) bernama Flirt, mengatakan bahwa pendapatan dari delapan cabang tokonya di New South Wales, Australia meningkat sebesar 25%.
Ditengah pembatasan usaha selama masa karantina, toko dewasa adalah termasuk usaha yang masih diberikan izin beroperasi oleh pemerintah Australia.
Pemilik toko lainnya di negara bagian Queensland yang bernama BeDaring, justru mengatakan bahwa kelangkaan mainan dewasa sama langkanya dengan tisu toilet.
Namun apakah melakukan kegiatan berhubungan badan ditengah-tengah masa pandemi dapat  benar-benar menjadi bahaya?
Mencurigai pasangan sebagai penderita Corona, adalah hal yang sulit untuk dilakukan, namun demikian ada bagusnya berhati-hati dan sadar diri. Untuk itu, maka pengetahuan yang cukup mengenai hal ini di masa pandemi harus cukup memadai.
Professor dari Divisi Penyakit Menular di Columbia University Irving Medical Center, dr. Jessica Justman, mengatakan hingga saat ini tidak ada pola yang menunjukkan bahwa virus SARSS-Cov-2 dapat menular melalui hubungan kelamin.
Namun sudah umum diketahui bahwa virus ini sangat bisa menular melalui cairan droplet dan permukaan yang terkontaminasi. Dengan demikian, pada saat berhubungan cinta, pelukan dan ciuman menjadi bagian, dan disanalah saatnya virus dapat menular.
Jika anda yakin bahwa pasangan tidak tertular virus Corona, maka kegiatan ini akan menjadi bagian yang sehat selama masa pandemi. Namun jika tidak, maka ada beberapa cara lain yang juga bisa menjadi pertimbangan.
Masturbasi
Panduan Seks dari Departemen Kesehatan Kota New York menyatakan dengan jelas bahwa diri anda adalah mitra seks paling aman. Penasehat Departemen mengatakan bahwa "Masturbasi tidak akan menyebarkan COVID-19, terutama jika Anda mencuci tangan (dan mainan seks apapun) dengan sabun dan air selama setidaknya 20 detik sebelum dan sesudah berhubungan badan,"
Seks Jarak Jauh
Setali tiga uang, otoritas Kesehatan negara bagian Oregon, Amerika Serikat juga menyarankan warganya untuk melakukan sexting bagi mereka yang berada jarak jauh.
Namun sepertinya, tanpa perlu diajarkan, fenomena ini sudah berubah menjadi tren. Sebuah perusahaan manajemen media sosial swasta, Khoros, mengatakan bahwa periode pandemi selama bulan Maret-April, cuitan berbau seks melonjak drastis, bahkan menyaingi kata coronavirus.
Melakukan hubungan badan dengan pasangan tetap tentunya adalah hal yang paling aman. Apalagi jika kedua pasangan tersebut telah tinggal bersama dan saling memahami kebiasaan sehari-hari yang dilakukan.
Kesetiaan pada pasangan memang adalah segalanya, dan pandemi Covid-19 ini telah mengajarkan kita banyak hal, termasuk perselingkuhan menjadi hal yang dua kali lebih berbahaya, dibandingkan sebelum masa pandemi.
Pun bagi lajang yang suka 'kerasang', sudah saatnya untuk mengontrol diri. Mencari pasangan bebas di luar lingkaran, akan menimbulkan resiko yang lebih besar lagi terhadap bahaya kontaminasi.
Dengan banyaknya keterbatasan dalam kisah romansa selama masa pandemi, angka kehamilan justru meningkat drastis. Tentunya hal ini harus dipertimbangkan secara matang, karena resiko penularan virus Corona dari ibu kepada anak membuat resiko kehamilan menjadi lebih besar.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H