Pada aksinya, Hughes menggunakan lilin besar berwarna oranye, foto Trump, dan kartu Tarot bergambar menara. Selain itu, kata pada mantra berisi permohonan kepada Dewa Sihir aliran Wicca untuk “mengikat DT sehingga karya-karya kejinya gagal total.”
Hughes juga menjelaskan bahwa santet yang ia kirim tidak bermaksud mencederai si penerima, namun justru menolong dirinya agar tidak melukai dirinya sendiri.
Senada dengan Hughes, Mary Pat Azevedo, seorang anggota kelompok penyihir dari negara bagian Arizona, memandang ritual santet tersebut adalah bentuk ‘doa pemersatu.’
Namun aksi penyihir ini ternyata mendapatkan perlawanan dari para pendukung Trump. Joshua Feurstein, seorang pendeta Evangelis mengeluarkan ‘peringatan mendesak’ karena adanya jutaan penyihir yang mencoba mengutuk Presiden.
Selain itu, Aliansi Nasionalis Kristiani, sebuah kelompok keagamaan konservatif juga membalas tindakan para penyihir, dengan mencetuskan tanggal 24 Februari sebagai ‘Hari Doa Nasional’ untuk menangkal santet penyihir.
Dalam kegiatan tersebut, aliansi ini mendesak semua orang untuk berdoa, setiap kali para penyihir mengirimkan pesan santet lewat media sosial. "Sim salabim abrakadabra mereka tidak lebih kuat dari nama Yesus!" seru Feuerstein dalam video yang dirilis secara daring.
Situasi ini lantas menimbulkan pertanyaan spekulatif, apakah peperangan di dunia gaib ini dapat benar-benar menjadi ancaman bagi pemerintahan Amerika Serikat?
Orang bijak mengatakan, satu-satunya cara terbaik untuk menangkal santet adalah dengan tidak memercayainya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Namun sayangnya, sejarah Amerika Serikat tidak demikian adanya. Paling tidak telah tercatat dua presiden Amerika sebelumnya yang memercayai okultisme.
Adalah Presiden Abraham Lincoln dan Presiden Ronald Reagan yang memiliki sejarah menjadikan paranormal sebagai bagian dari kehidupan pribadi maupun kenegaraannya. Untuk cerita lengkapnya, anda boleh menyimak pada artikel.
Baca juga: Ki Gendeng Pamungkas, Ambisi Kekuasaan, dan Fenomena Paranormal Pemimpin Dunia