Bumi Nusantara memilki sejarah panjang dalam kebudayaan. Para nenek moyang mewariskan berbagai nasehat kehidupan dalam bentuk sejarah, legenda, hikayat, serta karya sastra yang dapat dijadikan prinsip kehidupan bagi para pewaris bangsa.
Demikian pula dengan nasehat spiritual yang berasal dari ramalan seorang Joyoboyo. Beliau adalah seorang raja dari Kerajaan Kediri (1135-1157). Gelar lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Waemeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.
Selama masa pemerintahannya, Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan dimana Joyoboyo berhasil menyatukan Jenggala kembali ke Kediri. Kemenangan Joyoboyo atas Jenggala disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa atas Korawa dalam kisah Bharatayuddha.
Sebagai penguasa, Joyoboyo juga adalah seorang pujangga. Karya filosofifnya sangat terkenal karena diakui mengandung unsur mistis. Tidak bisa dipungkiri, banyak kejadian dalam sejarah perjalanan Indonesia yang telah diungkapkan dalam karya Joyoboyo secara tersamar.
Salah satu yang paling terkenal adalah istilah no-to-no-go-ro. Terminologi ini mengungkapkan simbolisasi nama dari para pemimpin bangsa Nusantara (Presiden Republik Indonesia).
Menjelang akhir era Soeharto, ramalan ini santer terdengar dan menjadi teori spekulasi atas presiden pengganti Soeharto. Dua pemimpin sebelumnya telah berhasil masuk kedalam terminologi Notonogoro, hingga ramalan ini dianggap cukup akurat. Â Â
Adalah nama Try Sutrisno, seorang perwira ABRI dengan wajah yang ramah berwibawa, yang oleh banyak pengamat digadang-gadangkan sebagai The Next President. Â
Nama Try sudah masuk bursa calon Wakil Presiden Ketika dirinya menjadi Panglima ABRI pada tahun 1988, hingga akhirnya terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia untuk periode 1993-1998, menemani Presiden Soeharto.
Ada sebuah kisah menarik, meskipun disebutkan sebagai calon kuat dari ABRI, namun Soeharto juga mempertimbangkan BJ Habibie yang kala itu adalah Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Saat itu Soeharto sedang mesra-mesranya dengan kelompok Islam, sehingga nama BJ Habibie sempat mengungguli Try Sutrisno.
Namun sebagian Jenderal menginginkan pendamping Soeharto harus berasal dari ABRI. Hingga suatu hari, Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) ABRI, Letnan Jenderal Harsudiono Hartas, menyatakan kepada wartawan bahwa Try Sutrisno lah yang akan menjadi Calon Wakil Presiden dari ABRI.
Atas pernyataanya ini, Hartas dianggap telah melakukan fait-accompli secara terbuka dan "dihukum" dengan dijadikan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA).Â