Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Berdamai dengan Dedemit di Hutan Larangan, Inikah yang Menjadi Inspirasi Jokowi?

13 Mei 2020   20:20 Diperbarui: 13 Mei 2020   20:40 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hutan Larangan. Sumber: today.line.me

Salah satu contoh dari peraturan adat yang berlaku disana adalah masih mempertahankan bangunan rumah panggung berbahan dasar kayu dan bambu dan beratapkan kerai atau injuk.

Masyarakat lokal memercayai bahwa jika ada seseorang warga yang memaksa untuk membangun rumah dari tembok, maka akan ada musibah yang datang melanda.

"Pernah ada beberapa warga yang memaksa membangun rumah dari tembok. Warga itu meninggal. Jadi bangunan itu akhirnya dirobohkan dan diganti menjadi bangunan panggung seperti yang lainnya," ucap Karman, salah seorang sesepuh Kampung Adat Kuta.  

Namun ternyata membangun rumah dari tembok, bukan hanya pamali saja. Kearifan lokal dengan prinsip bahwa segala sesuatu yang berasal dari alam tidak akan merusak alam sekitar.

Memang kelihatan aneh, hidup dengan larangan kuno di jaman modern ini. Bukannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, seharusnya aturan dapat diakomodir dengan teknologi terkini?

Namun bagaimanapun juga eksistensi adat masih menjadi sebuah aturan yang lebih efektif, karena adanya sikap kepatuhan yang telah diwariskan sejak ribuan tahun lamanya.

Bagaimana dengan para pendatang? Apa yang akan terjadi, jika aturan adat ini dilanggar? Mungkin saja jika kedapatan, maka mereka akan "dideportasi" keluar desa.

Namun jika tidak kedapatan, apakah yang akan terjadi? Wallahu a'lam jawabannya.

Kita sudah sering mendengarkan bagaimana orang asing yang datang berkelana, hilang berhari-hari di dalam sebuah hutan angker. Penduduk setempat mengatakan bahwa dedemit dan setan penunggulah yang paling bertanggung jawab. Aduh... ngeri ya.

Mungkin bagi orang asing yang datang berkunjung kesana, aura mengerikan akan sagat terasa. Namun tidak bagi penduduk lokal yang tentunya sudah hidup berdamai dengan para dedemit.

Penulis membayangkan jika sedang berada disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun