Atas undangan seorang kawan di Bandung yang akan meresmikan pembukaan usahanya, penulis hadir beserta seorang sahabat dari Medan, bernama Ton (nama samaran).
Perjalanan udara yang memakan waktu dua jam dan tambahan 4 jam perjalanan darat, telah menyita waktu seharian. Belum lagi musim liburan sekolah yang membuat perjalanan padat merayap sepanjang jalan tol.Â
Sesampainya di Bandung, bersiap-siap untuk menghadiri acara akbar, penulis dan Ton baru mengetahui bahwa ayahanda dari kawan yang mengundang sudah sakit keras dan sisa "menunggu waktu".
Bingung, apakah kami akan pulang kembali ke kota masing-masing sesuai jadwal, atau menunggu "waktu" bagi sahabat di Bandung untuk menghadapi hal terburuk, mengingat waktu tersebut adalah musim padat, sehingga keputusan harus segera diambil.
Ditengah pikiran mumet dan perasaan yang ribet, penulis kemudian mengeluarkan hitungan jurus kepepet. Menghitung waktu "kepergian" ayahanda dari sang kawan.
"Ton, sepertinya kita tidak perlu mengubah jadwal pesawat deh, karena seharusnya 'waktunya' besok siang setelah acara pembukaan."
Si Ton tertegun sejenak, "serius elu".
"iya, jika ternyata teori ini benar." Ujar penulis.
Dan masyallah, waktu "kepergian" adalah keesokan siang harinya, tepat setelah acara peresmian selesai dan penulis bersama Ton sudah berada di rumah sakit.
Bukan hanya sekali ini saja, hitungan iseng-iseng berhadiah sering pula penulis lakukan secara diam-diam. Memadukan tanggal lahir dan kematian dari beberapa orang terkenal.
Namun jangan salah paham, karena perhitungan ini hanya dilakukan setelah adanya kematian, bukan sebelumnya. Tidak bermaksud mencari sensasi, penulis hanya mengecek apakah pola yang sama juga kembali menampakkan batang hidungnya.