Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Sisi Indigo Roy Kiyoshi, Supranatural atau Metafisika?

8 Mei 2020   19:57 Diperbarui: 8 Mei 2020   20:15 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Roy Kiyoshi ditangkap di rumahnya di Kawasan Cengkareng Indah, Jakarta Barat, sekitar pukul 17.00 WIB, hari Rabu (06.05.2020), karena berdasarkan hasil tes urine, terbukti mengonsumsi obat psikotropika jenis benzodiazepine (benzo)

Pikiran Netizen tidak hanya tertuju pada masalah obat-obatan haram ini, namun juga penuh dengan berbagai spekulasi mengenai kemampuan indigo dari sang Master Karma ini.

"Mengapa ia tak bisa meramal kedatangan polisi? Apakah indigo memang memerlukan stimulan untuk ilmunya? Apakah polisi akan meminta diramal?" Berbagai pertanyaan berseliweran bagai hantu gentayangan.

Semuanya didasari, karena masalah paranormal dan supranatural memang masih mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat normal.

"Penasaran" adalah kata yang paling sederhana untuk menggambarkan alasan ini, namun kekhwatiran akan masa depan membuat pasar "ramal-meramal" tidak akan pernah sepi.

Toh tidak ada yang dapat membuktikan apakah ramalan bisa menjadi betul-betul manjur hingga apa yang diucapkan di masa lalu kemudian menjadi kenyataan.

Apakah manusia membutuhkan ramalan? dan apakah ramalan bagus bagi seorang manusia? Menurut penulis, bisa iya, bisa tidak.

Bagi yang tidak memercayai ramalan, maka artikel ini tidak perlu dilanjutkan. Namun bagi yang suka dengan teori ala Kiyoshi ini, maka marilah kita menelusurinya dari sisi logika sederhana.

Ramalan adalah Harapan.

Jika bertemu dengan paranormal, maka pertanyaan utama yang terlintas adalah; "Seperti apakah aku dari sisi pandangan ilmu spiritual? Bagaimana 'Dewa' melihat diriku?, Apa nasehat terbaik dari Surga untuk aku?"

Apapun jawabannya, pada dasarnya, setiap manusia pasti ingin mendengarkan apa yang ia ingin dengarkan.

Nah, jika yang disampaikan adalah hal yang baik (meskipun bukan kenyataan), maka hal itu akan memberikan afirmasi kepada diri, bahwa "saya telah melakukan hal yang benar."

Namun jika yang disampaikan ternyata adalah hal buruk yang tak terduga, maka hal tersebut akan menjadi sebuah sugesti yang berbahaya baginya.

Ramalan yang baik adalah tidak memberikan pujian berlebihan atau ketakutan mendalam. Ramalan yang baik adalah memberikan sebuah harapan, namun juga harus dibarengi dengan jalan untuk mencapainya.

Pujian yang berlebihan akan membuat seseorang takabur. Penulis memiliki seorang teman yang berasal dari keluarga super kaya. Pada saat kuliah, seorang peramal memberikan wejangannya, bahwa apapun yang ia lakukan pasti sukes adanya.

"Wejangan" sang peramal kemudian membuat ia tidak melakukan usaha-usaha normal layaknya seorang pria dewasa yang berkeluarga, bahkan cenderung melakukan hal-hal "idiot" yang tidak habis diterima nalar.

Ramalan yang cenderung menakut-nakuti akan menimbulkan kebencian. Penulis memiliki seorang sahabat lainnya, yang akhirnya berubah menjadi seseorang membenci Tuhan, setelah menerima ramalan tentang kematian anak semata wayangnya, dari seorang peramal yang notabene adalah pemuka agama yang mengatasnamakan "Tuhan."

Ramalan adalah Logika Berpikir

Figur peramal memang unik adanya. Sebagian masyarakat tidak memercayainya, namun bagi followers, mereka dianggap sebagai mahluk utusan Tuhan.

Sejauh mana kita (bisa) memercayai seorang peramal? Dalam kondisi anda tidak memercayainya, tentu tidak masalah. Namun jika kebetulan anda mengenal seorang peramal yang bijaksana, maka cara mengetesnya adalah:

Jika ia mengatakan hal yang baik, maka percayailah dalam batas yang rasional. Mengapa dalam batas rasional? Karena doa tidak akan menjadi kenyataan, tanpa usaha yang mendalam dari diri.

Jika ia mengatakan hal yang buruk, maka terimalah dengan "catatan". Apakah hal buruk tersebut berkorelasi dengan kondisi anda saat ini? Solusi apa yang diberikan? Apakah solusi tersebut masuk akal?

Misalkan, sang peramal mengatakan anda harus berhati-hati dengan kesehatan, dan ternyata gaya hidup anda memang tidak sehat, maka masuk akal.

Solusi yang diberikan, banyak-banyak berolahraga, makan teratur, dan hilangkan kebiasaan merokok, maka masuk akal.

Namun jika solusi yang diberikan adalah memotong kambing tiga ekor, apalagi jika kambing harus dibeli melalui sang peramal, maka saran penulis, berhati-hatilah!

Ramalan adalah Prediksi yang Memberikan Motivasi

Sebagaimana prediksi matematika, setiap unsur memiliki tingkat keberhasilan dengan rasio 50:50. Memercayai prediksi, tentu memerlukan harus berdasarkan tindakan yang sesuai nalar.

Jika prediksi dirasakan masuk akal untuk dicapai dan dapat memberikan manfaat, seperti ide-ide atau semangat untuk sesuatu hal yang lebih baik, maka silahkan dipercayai.

Namun jika prediksi sama sekali bertolak belakang dengan prinsip kehidupan, maka saran penulis, janganlah dijadikan sebuah beban untuk menggapai kesuksesan.

Pada dasarnya prediksi masa depan ditentukan oleh sikap kita sekarang. Jika kita sudah terbiasa hidup dengan positif, maka kemungkinan besar kita akan dihadapkan dengan kehidupan yang baik. Sebaliknya, jika kita sudah terbiasa berfoya foya tanpa batas, maka kemungkinan besar kita akan mendapatkan masalah.

Jangan memutarbalikkan fakta, bahwa hidup mabuk mabukan akan memberikan tubuh yang sehat. Segala koneskuensi adalah milik kita, bukan karena kehendak orang lain. Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan masa depannya dengan cara melakukannya dari sekarang.

Dua Jenis Paranormal

Bagi pembaca yang ingin menambahkan khazanah, penulis ingin menyampaikan bahwa ada dua jenis ilmu yang kelihatannya mirip, namun sama sekali berbeda, yaitu Metafisika vs Supranatural 

Baca juga: Metafisika vs Supranatural.

Metafisika adalah sebuah ilmu yang penulis sebut dengan "Unrevealed Science" (Sains yang Belum Terungkap). Ilmu berdasarkan pemikiran filsafat dengan menggunakan referensi statistis yang telah berusia ribuan tahun. Basis datanya sedemikian besar, sehingga teori probabilitas pun menjadi sangat mungkin.

Contoh jenis ilmu ini adalah: Fengshui (tata-ruang), Palmistry (membaca garis tangan), Face Reading (membaca wajah), Metafisika Shio, dan dari ilmu kedokteran adalah pengobatan China dan Jamu dari Indonesia.

Ilmu ini dapat dipelajari, karena adanya tata-cara dan aturan yang berlaku. Beberapa negara, seperti Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, dan Australia telah memiliki kurikulum ini, baik dalam bentuk pelatihan informal, maupun sebagai bagian dari kurikulum pendidikan formal.

Supranatural adalah kemampuan yang dimiliki oleh beberapa orang tertentu yang diyakini dapat berhubungan dengan alam lain. Istilah Indigo adalah hal yang paling umum melekat pada kemampuan supranatural.

Ilmu ini diyakini berada pada talenta, atau bisa juga karena bakat yang turun menurun. Konon kabarnya bisa dipelajari, namun hanya bagi yang "berjodoh" atau yang memiliki keinginan yang kuat.

Roy Kiyoshi yang dikenal sebagai anak indigo, tentu termasuk kedalam kategori Supra Natural ini.

Foto bersama Roy Kiyoshi dan Kawan dari Medan. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Foto bersama Roy Kiyoshi dan Kawan dari Medan. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Penulis masih mengingat pertemuan 4 tahun lalu bersama Roy Kiyoshi.

Pertemuan terjadi atas inisiasi kawan di Medan yang mengadakan acara seminar bersama Roy Kiyoshi sebagai nara sumber. Tawa dan canda meramaikan suasana acara makan malam bersama.

Pertukaran ilmu terjadi secara singkat. Beliau tertarik dengan ilmu Numerologi, yang sempat dijelaskan secara singkat oleh penulis. Namun sayangnya, tidak ada acara "ramal-meramal" dalam pertemuan yang relatif singkat tersebut.

Sisi positifnya, penulis beranggapan bahwa tidak ada "hal buruk" yang ingin disampaikan oleh para Dewa-Dewi. Tidak ada "bau" yang tercium yang berasal dari "karma" penulis.

Pandangan penulis terhadap Roy Kiyoshi, beliau adalah sosok yang santun dan pandai membawa diri. Mengenai pertanyaan, mengapa ia sampai mendapatkan musibah psikotropika? Hmmmm....

Mungkin saja, prinsip keterbatasan juga berlaku di alam Dewa-Dewi.   

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun