Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna "Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta"

6 Mei 2020   21:46 Diperbarui: 7 Juni 2021   13:19 57657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajaran Buddha bersifat konsisten, salah satunya tentang konsistensi mencintai kehidupan. Ajaran Buddha tidak pernah membuat standar ganda tentang mencintai kehidupan, seperti pada hukum alam yang selalu konsisten.

Lagipula, segala sesuatu berasal dari pikiran. Dengan mengembangkan kasih sayang tanpa kecuali, maka kita akan mulai melatih diri kita untuk menjadi orang yang penyayang tanpa kecuali.

Jika kita hanya mencintai manusia, bukan mahluk lainnya, maka akan tiba saatnya kita hanya akan mencintai manusia kaya, manusia hebat, manusia pintar.

Hal ini kemudian berkembang dan membuat pikiran kita mulai mengkotak-kotakan manusia berdasarkan hubungan, status, suku, ras, agama, dan lain sebagainya.

Ajaran Buddha dalam mencintai kehidupan disebut dengan metta atau cinta kasih yang mencintai semua kehidupan tanpa kecuali.

Waisak 2564 EB yang jatuh pada tahun ini mengangkat tema: "Persaudaraan Sejati Dasar Keutuhan Bangsa." Hal ini dianggap sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini yang sedang terancam perpecahan.

Baca juga : Sang Buddha Membangun Filosofinya Selama 49 Hari

Konstelasi politik, politik kesukuan, bahkan agama pun dianggap sebagai suatu perbedaan yang harus dipersoalkan. Padahal sila ke-3 Pancasila mengenai Persatuan Indonesia, jelas mengedepankan keberagaman sebagai sebuah kesatuan.

Sangha Theravada Indonesia (STI) menyoroti keberagaman yang ada di Indonesia yang dapat dijaga dengan persaudaraan sejati dan gotong-royong dengan mengembangkan cinta kasih.

"Persaudaraan muncul karena adanya cinta kasih dan kasih sayang, ingin hidup bersama sebagai sahabat karib, dan ingin sama-sama hidup dengan saling meringankan serta melenyapkan derita," demikian pernyataan STI dalam pesan Waisak yang ditandatangani oleh Saghanyaka (Ketua Umum) Sangha Theravada Indonesia, Y.M. Sri Subhapao, Mahthera.

Mengembangkan cinta kasih, tidak lain, tidak bukan, hanya akan bisa terjadi jika setiap orang dapat merubah pandangannya dan menjadi pribadi-pribadi yang mencintai semua mahluk dengan tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun