Celana? Sudah pasti daleman boxer. (Toh gak kelihatan kan. Hihihi).
Satu persatu layar kecil muncul pada aplikasi Zoom, berbagai nama yang belum dikenal tampil dibawah layar mengikuti wajah-wajah yang buram, mungkin akibat koneksi yang belum stabil.
"Selamat malam, halo apa kabar, terima kasih sudah hadir" suara bersahut-sahutan terdengar. Penulis yang masih asing dengan komunitas ini, kemudian mencoba beradaptasi.
Sambil ikut meramaikan, mata penulis tertuju pada tampilan. Hasilnya, rambut gondrong, brewok tak tercukur, wajah gelap, baju kusam, dan tanpa make-up.Â
Kesimpulan pertama; WFH memberikan kebebasan bagi peserta untuk berpakaian apa saja.
Kesimpulan kedua; koneksi internet gak jelas, gambar buram.
Kesimpulan ketiga; lampu buram, suasana rumah gelap, dan ribuan alasan lainnya yang sengaja dikondisikan agar wajah peserta tidak kelihatan, biar aman.
Nah dengan demikian maka sebenarnya WFH tidak memerlukan aturan selayaknya bekerja seperti biasa. Namun, apakah itu akan memengaruhi performa kerja?
Kutipan dari professor Carolyn Mair, penulis The Psychology of Fashion, "Yang lebih penting dari pakaian yang kita kenakan adalah membantu kita merasa baik."
Menurut penulis, hal ini penting untuk membuat kita lebih produktif. Produktivitas sangat berhubungan dengan masalah psikologi. Bagaimana mungkin kita dapat bekerja dengan baik, jika kita sendiri merasa tidak siap?
Perlu juga diketahui bahwa salah satu kendala WFH adalah tiadanya batasan antara pekerjaan rumah dan kantor. Banyak wanita (dan juga mungkin pria) yang terpaksa harus memainkan dua peranan yang berbeda.
Sebagai pekerja dan ibu (atau bapak) rumah tangga, dalam keadaan normal, kehadiran diri di rumah menandakan "sudah saatnya berdedikasi untuk rumah tangga ~ Tinggalkan seluruh kepenatan yang muncul dari kantor."
Tanda-tanda kehadiran biasanya akan membuat sang buah hati senang, "yeee... bunda lagi libur."Â Nah disinilah kadang susah bagi kita untuk menjelaskan kepada si kecil, bahwa "bunda sedang bekerja, hanya saja dari rumah."
Belum lagi urusan-urusan sepele yang harus diurusi, "sayur... sayur..." atau balon lampu yang putus, atau televisi yang tidak bisa menyala. Nah sebagai yang bertanggung jawab di rumah, mustahil hal sepele tersebut tidak diurusi.