Lembut bagaikan domba, tegas bagaikan harimau, itulah sikap yang dapat dilukiskan dari seorang dr. Tjipto Mangunkusumo. Terhadap masalah kemanusiaan, beliau tidak segan-segan berkorban, namun jika berhadapan dengan pemerintah tirani, beliaupun tidak segan-segan menunjukkan taringnya.
Bersama Erners Douwes Dekker dan Ki Hadjar Dewantara, dr. Tjipto Mangunkusumo mendirikan Indische Partij di Bandung. Mereka kemudian dikenal sebagai "Tiga Serangkai."
Pada tahun 1913, Ketika Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaan dari Perancis, suratkabar Indische Partij De Expres menerbitkan pamflet Soewardi berjudul "Als ik een Nederlander was" atau "Seandainya Aku Seorang Belanda" pada edisi 13 Juli 1913. Hasilnya, Kerajaan Belanda marah besar, dan beliau diasingkan.
Keteladanan dr. Tjipto Mangunkusumo yang diganjar dengan gelar pahlawan Nasional seharusnya membuka mata Indonesia bahwa pengabdian tanpa kenal lelah sebagai seorang dokter, telah melewati batas professionalisme.
Namun hal terpenting lagi adalah kepahlawanan beliau dalam melawan ketidakadilan dan penindasan yang tidak kenal batas melawan penjajah kolonial Belanda harus diberikan sepuluh acungan jempol.
Zaman telah berlalu dan usia Indonesia telah hampir mencapai 75 tahun kemerdekaan. Tatanan masyarakat telah berubah, kolonialisme sudah bukan isu utama lagi. Namun yang tetap sama adalah bahaya penyakit yang mewabah.
Jika beliau masih hidup, bagaimanakah ia dalam melihat kebandelan rakyatnya terhadap aturan PSBB? Apakah hatinya akan terluka dengan penolakan jenasah Covid? Apakah beliau akan menangis terhadap tindakan diskriminasi terhadap kaum medis? Dan...
Seperti apa pernyataannya dalam melihat kebijakan pengambil keputusan saat ini dalam menangani pandemi Covid-19? Apakah "Kiss My Ass" seperti pada saat ia mengembalikan penghargaan Ridder in de Order van Oranje Nassau?
Tentu tidak, apa yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk bangsa dan negara ini adalah yang terbaik adanya. Semoga Anda Setuju.
***
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
---