Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puisi Sang Peramal Nostradamus, yang Bikin Dunia Kalang Kabut

28 April 2020   21:20 Diperbarui: 28 April 2020   21:23 2978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi adalah bentuk karya sastra yang terikat oleh irama, rima dan penyusun bait dan baris yang bahasanya terlihat indah dan penuh makna. (Sumber).

Irama dan rima yang tercipta adalah keindahan bagi pembacanya, namun kekuatan sesungguhnya berada pada penyusunan bahasa, yang dapat memberikan ribuan makna dan sejuta pemahaman.

Oleh sebab itu, tidak seperti karya sastra lainnya, puisi dapat menjadi sebuah kesusastraan yang bertahan hingga berabad-abad lamanya. Namun bagaimana jika puisi yang telah berusia ratusan tahun tersebut tidak saja indah dinikmati, namun juga dapat meramalkan kejadian masa depan? Merinding dibuatnya!

Adalah Nostradamus (1503-1566), seorang visioner asal Perancis yang telah membuat ribuan puisi empat baris atau kuatrain. Puisi karyanya disusun dalam buku dengan judul Les Propheties yang diterbitkan pada tahun 1555.

Bukan hanya puisi yang indah, namun Les Propheties sendiri diklaim sebagai ramalan masa depan jitu oleh para pengikutnya. Beberapa ramalannya yang dianggap paling terkenal adalah kematian Lady Diana (tahun 1997), kebangkitan Adolf Hitler, tragedy 9/11 atas penyerangan gedung WTC, hingga kepada kemenangan Trump.

Mari kita simak bersama;

Puisi mengenai kemunculan Adolf Hitler

"From the depths of the West of Europe, A young child will be born of poor people, He who by his tongue will seduce a great troop; His fame will increase towards the realm of the East."

(Dari kedalaman Barat Eropa, Seorang anak akan lahir dari orang miskin, Dia akan menggunakan lidahnya untuk merayu pasukan besar; Ketenarannya akan meningkat menuju ranah Timur)

Puisi atas Kematian Lady Diana

"The last son of the man with the Prophet's name will bring Diana to her day of rest. At a distance they wander in frenetic grief delivering a great people from ruin."

(Anak terakhir dari pria yang memiliki nama Nabi akan membawa Diana pada hari terakhirnya. Dari kejauhan mereka berlari namun mereka mendapat kehancuran)

Puisi tentang tragedi WTC 9/11

"The sky will burn at forty-five degrees. Fire approaches the great new city. By fire, he will destroy their city, A cold and cruel heart, blood will pour. Mercy to none."

(Langit akan membara pada empat puluh lima derajat. Api mendekati kota baru yang besar. Api, ia akan menghancurkan kota mereka, Hati yang dingin dan kejam, darah akan tertumpahkan. Tak ada ampun di hari itu)

*****

Sosok Nostradamus ini memang menciptakan kontroversi. Sebagai ahli obat yang berubah haluan menjadi astrolog, Nostradamus dianggap sebagai "Yang Terpilih" oleh para pengikutnya.

Baca juga: Aku Dapat Meramal Masa Depan

Namun tidak sedikit juga yang memberikan argumen, bahwa puisi dan narasi dari sang legenda, tidak lebih dari urusan cocok-o-logi para pengikut fanatiknya. Berikut beberapa alasan terkait;

Pertama: Ramalan Nostradamus menjadi sangat terkenal pada abad ke-20, dimana serangkaian kejadian penting menjadi kenyataan. Namun harus diingat bahwa ramalan yang dibuat pada jamannya, bukanlah ramalan yang nyata jika hanya bisa dibuktikan ratusan tahun kemudian. Ternyata menurut para haters, manusia modern abad ke-20 lah yang membuat sosok ini menjadi terkenal.

Kedua: Jika begitu banyak orang yang percaya bahwa ramalan ini akan menjadi kenyataan, maka seharusnya rentetan para ahli tafsir dan agen rahasia negara sudah bisa mencari solusinya sebelum semuanya menjadi terlambat.

Ketiga: Nostradamus awalnya adalah seorang tukang obat. Beliau berubah profesi menjadi ahli ramal, karena kebutuhan pasar, terkait dengan meningkatnya popularitas masyarakat terhadap hal mistis yang dipengaruhi oleh para pendatang dari Persia. Buku yang dibuatnya murni adalah alasan ekonomi dan popularitas belaka.

Keempat: Banyak ahli yang percaya bahwa narasi Nostradamus adalah puisi yang samar, banyak metafora, dan tidak bertanggal. Hal ini tentunya dapat menimbulkan ribuan jenis tafsir yang berbeda. Ditambah lagi, bahasa Perancis kuno berbeda dengan bahasa Perancis saat ini. Banyak pemahaman pada zamannya (trend) yang tidak lagi relevan dengan saat ini.

Kelima: Penerjemahan ke bahasa Inggris dan puluhan bahasa lainnya, kemudian membantu meningkatkan popularitas Nostradamus. Penerjemahan dalam frasa yang berbeda akhirnya "membantu" ramalan Nostradamus menjadi jitu.

Keenam: Banyak yang memercayai bahwa kebenaran ramalan Nostradamus, setelah adanya perubahan terjemahan ke dalam bahasa yang lebih pas. Tujuannya agar sang penafsir dapat menebeng nama besar sang peramal. Sebagai contoh pada terjemahan tragedi WTC.

"Bumi bergetar dengan api di tengah dunia, dan membuat daratan di sekitar 'New City"

Jelas bait pada puisi ini menceritakan mengenai ledakan dan New York yang dihubungkan dengan "New City", namun ternyata para ahli sejarah mengatakan bahwa terjemahan asli dari "New City" adalah Cite Neufve yang merupakan kota yang benar-benar ada di Perancis pada jamannya.

Namun apapun yang terjadi, para likers dan haters tetap harus mengakui bahwa ketenaran Nostradamus tidak mungkin dapat lenyap begitu saja hanya karena adanya pendapat ahli yang menyanggah.

Bahwa Cocok-o-logi atau bukan, bukanlah salah Nostradamus. Bahwa narasinya yang samar, juga bukanlah keinginan Nostradamus untuk menggemparkan dunia. Bahwa puisinya yang indah, adalah merupakan kekuatan karya sastra mengagumkan yang dapat membuat dunia menjadi kalang kabut.  

Selamat Hari Puisi Nasional, 28 April.

Sumber: 1,2,3,4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun