Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Retorika PSBB dan Dualisme Baju APD

21 April 2020   04:48 Diperbarui: 21 April 2020   04:54 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dualisme Baju APD. Sumber: PapaMuda.net

Saat ini kita dihadapkan pada situasi untuk menjadi yang terinfeksi atau yang tereduksi. Seperti yang diucapkan oleh seorang pedagang di pasar tanah abang yang diminta untuk menutup tokonya "Takut mati karena corona akhirnya mati menunggu corona."

Masalah sosial ini memang pelik adanya, bantuan pemerintah sudah disiapkan dengan apik, namun menunggu terealisasi sama dengan menunggu kapan vaksin akan siap jadi.

  • Bantuan sosial didengungkan, tapi masih menunggu proses lanjutan yang panjang.
  • Kartu pra-kerja diluncurkan, tapi batch pertama hanya meloloskan 200 dari sekita 5 juta pelamar.
  • Kredit lunak bisa diajukan, namun harus memenuhi segudang persyaratan yang membingungkan.

Arghhhh... daripada merepotkan pemerintah, mengapa kita tidak berusaha sendiri saja.

Sebagai yang suka menyendiri, penulis kembali berpikir, apakah baju hazmat buatan sendiri ini bisa menjadi ide yang bagus kepada para pencari nafkah yang belum bisa menyendiri? Tidak menganggu keterbatasan stok APD asli, namun bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

Tukang cukur tetap beraktivitas tanpa takut ketularan, baju hazmat solusinya. Pemilik UMKM tetap bisa berjualan dengan mengenakan baju hazmat. Atau mungkin, dapat digunakan sebagai pakaian wajib bagi mereka yang ingin mudik?

Arghhhh... Ide bodong apa ini?

Kalau begitu, apakah kita ada solusi yang terbaik untuk masalah ini?

Ditengah kegalauan, penulis yang hanya jago beretorika kemudian berbincang dengan seorang sahabat yang terkenal dengan jargon "No Action Talk Only." Layaknya pengamat sepak bola yang lebih jago dari Christiano Ronaldo, kami berdua sampai kepada kesimpulan:

Daripada menerapkan PSBB dengan segudang aturan main yang masih tidak jelas, mengapa tidak menerapkan sebuah langkah dramatis seperti yang dilakukan di Wu-Han, China sebagai episentrum pertama?

Lockdown total! Menghentikan seluruh transportasi umum. Melarang kendaraan pribadi berkeliaran. Tidak bisa mudik. Pokoknya di rumah saja!

Yang bisa berkeliaran hanya petugas yang memiliki otoritas untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan sandang, pangan, papan, dan kesehatan. Titik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun