Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Genderqueer: Bukan Pria, Bukan Wanita, Bukan Pula LGBT

15 April 2020   12:30 Diperbarui: 15 April 2020   12:35 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster grup lawak Jayakarta Grup. Sumber: Kasetlalu.com

(4/4/2020) Mengerikan!!! Tempat parkir truk Cilinling, Tanjung Priok, Jakarta Utara menjadi saksi bisu persekusi seorang waria, pekerja seks, oleh preman setempat akibat tuduhan dari seorang supir yang kehilangan dompet.

Bukan hanya dikeroyok, Mira sang waria juga dibakar hidup-hidup sebagai hukuman atas tuduhan yang belum terbukti kepadanya. Lebih miris lagi, para supir, kernek, dan pekerja sekitar hanya diam atas tindak kriminal yang terjadi.

Mira masih sempat terseok-seok dengan luka bakar pada seluruh tubuhnya, sebelum jatuh terduduk di dekat musala, hingga akhirnya beberapa orang datang menolong.

Dibawa ke rumah sakit terdekat, sampai adzan subuh berkumandang. Entah apa yang dirasakannya.

Terbujur kaku menahan sakit, menyisakan perasaan terintimidasi. Entah apa yang dipikirkannya.

(5/4/2020) Mira meninggal dunia... Para sahabat mengumpulkan sumbangan 4 juta rupiah. Cukup buat bayar rumah sakit dan jasa penguburan. Sebuah ironi kemanusiaan kembali terjadi, meninggalkan batin yang terpana akan makna nurani.

*****

Kaum waria memang sering menjadi korban diskriminasi, persekusi, dan kriminalisasi. Sebagai bagian dari minoritas gender, kehadiran mereka sering mendapatkan penolakan keras, baik dari jalanan maupun pihak keluarga.

Mitos yang beredar, seperti pembawa sial, penjaja seks, sumber penyakit membuat label "sampah masyarakat" dengan mudah melekat.

Krisis identitas ini kemudian membuat mereka tidak bisa hidup secara normal. Banyak diantara mereka yang lari dari rumah, tidak mengenyam pendidikan yang cukup dan akhirnya terjebak dalam kehidupan yang keras. 

Ketidakadilan juga didukung oleh produk perlindungan hukum. Menurut catatan yang dibuat oleh Arus Pelangi (LSM yang membela kaum LGBT), "ada 49 produk hukum dan kebijakan di Indonesia yang diskriminatif dan bisa dipakai buat kriminalisasi LGBT."

Tercatat, mulai dari UU Anti Pornografi 2008 yang menilai kegiatan seks sesama jenis sebagai penyimpangan hingga ke Qanun Jinayah 2014 di Aceh yang menghukum 100 kali cambukan atau penjara 100 bulan kepada pelaku cinta sesama jenis.

Keberadaan kaum waria memang menimbulkan perdebatan. Beberapa keyakinan secara keras tidak menerima keberadaannya, namun tidak sedikit juga yang merindukan kehadirannya.

Salah satunya adalah dunia hiburan, dimana sejak tahun 70an, Indonesia telah memiliki beberapa entertainer yang berstatus "waria panggung". Nama seperti Prapto (Esther) dari Jayakarta grup, Karjo Ac-Dc, dan Tessi dari Srimulat selalu menjadi yang ditunggu.

Poster grup lawak Jayakarta Grup. Sumber: Kasetlalu.com
Poster grup lawak Jayakarta Grup. Sumber: Kasetlalu.com

Indonesia juga memiliki beberapa nama besar dari kaum transgender, seperti Dorce Gamalama dan juga Solena Chaniago yang merupakan transgender asia pertama yang menembus pasar Hollywood.

Istilah transgender tidak terdengar asing. Alasan pelaku klasik, bahwa jiwa mereka tidak sesuai dengan jenis kelamin yang dibawa lahir. Dunia hanya mengakui dua jenis gender saja, dan mereka harus memilih satu diantaranya.

Padahal jika menilik kepada warisan nenek moyang, sebenarnya konsep gender tidak dipandang seperti ini. Banyak kebudayaan yang mengakui adanya tiga hingga empat jenis gender yang berbeda.

Istilah ini disebut dengan Genderqueer atau tidak terpaku pada dua jenis kelamin saja, namun lebih kepada sifat maskulin, feminim, kedua-duanya, atau tidak sama sekali.

Sejarah Genderqueer di dunia telah ada selama masa peradaban itu sendiri. Salah satu Genderqueer yang paling terkenal adalah kaum Kasim pada jaman Tiongkok Kuno. Merupakan lelaki yang rela dikebiri demi menjadi lingkar satu keluarga kerajaan, para kasim ini bukannya tanpa kekuasaan.

Salah satu yang paling terkenal adalah Zhao Gao. Sebagai kasim dan juga politisi, ia mengabdi pada tiga kaisar dinasti Qin dan juga menjadi penyebab keruntuhan dinasti tersebut.

Setelah kematian Qin Shi Huang (Kaisar pertama Tiongkok kuno), Zhao Gao diam-diam mengganti waisat terakhir sang kaisar mengenai Fusu, sang putra mahkota atas tahtanya. Dalam surat wasiat yang dipalsukan, Fusu diperintahkan untuk bunuh diri, sementara Huhai, putra bungsu Kaisar, sekaligus murid Zhao Gao, diangkat sebagai kaisar baru.

Kaum Genderqueer juga memiliki posisi terhormat di bumi Nusantara. Sebutlah kaum "Bissu" masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan, yang merupakan kaum pendeta dalam agama tradisional Tolotang.  

Foto Pendeta Bissu. Sumber: Phinemo.com
Foto Pendeta Bissu. Sumber: Phinemo.com

Golongan Bissu dilihat sebagai separuh manusia dan separuh dewa yang bertindak sebagai penghubung kedua dunia, hingga dianggap perlu untuk mengambil peran dua gender sekaligus.

Dalam kepercayaan tradisional Bugis, ada empat jenis gender yang diakui, yaitu Oroane (lelaki), Makunrai (perempuan), Calalai (perempuan yang berpenampilan seperti lelaki) dan Calabai (Lelaki yang berpenampilan seperti wanita). Kepercayaan tradisional ini kemudian mengangkat golongan Bissu sebagai perwakilan dari keempat jenis gender ini.

Pengakuan yang sama juga terdapat di Thailand. Negeri yang terkenal dengan istilah Kathoey atau lady boy ini mengakui adanya empat jenis gender, yaitu lelaki, perempuan, kasim (pandaka), dan ubhatobyanjanaka (hermafrodit).

Kathoey dianggap sebagai bagian dari gender keempat. Dalam kepercayaan masyarakat Thailand, memiliki Kathoey dalam keluarga adalah keberuntungan. Pengabdian kepada orangtua hanya dilakukan oleh kaum wanita dan kaum lelaki diharuskan untuk mencari nafkah. Memiliki Kathoey dalam keluarga, berarti memiliki seorang anak yang dapat bekerja dan sekaligus menjaga kedua orangtuanya.

Di Mexico, ada sebuah istilah Muxe yang berasal dari bahasa Zapotec yang berakar pada kebudayaan Oaxaca sejak ribuan tahun lalu. Muxe adalah komunitas pria yang gemar menggunakan pakaian wanita. Meskipun demikian, orang Mexico menganggap bahwa Muxe merupakan klasifikasi gender tersendiri yang merupakan bagian dari warisan budaya lokal nenek moyang.

Meski belum mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah sebagai jenis kelamin ketiga, para Muxe bebas beraktivitas layaknya orang biasa, bahkan diperbolehkan untuk menikah baik dengan wanita maupun pria.

Negara lainnya yang juga mengakui tiga jenis gender adalah India, yang dikenal dengan istilah Hijria yang mirip dengan istilah Kathoey di Thailand. Begitu juga bangsa Samoa yang menganggap bahwa gender adalah sifat, bukan fisik. Oleh sebab itu kategori gender ketiga, Fa'afafine merujuk kepada lelaki dengan sifat feminim.

Seiring perkembangan zaman, Genderqueer menjadi lebih "merepotkan" dari yang diperkirakan. Dalam psikologi, istilah ini sering juga digunakan untuk menyebut ambiguitas gender atau gender expansive, yang mencakup ekspresi gender yang lebih luas berdasarkan sifat lahiriah seseorang.

Foto Miley Cyrus yang mengaku sebagai Genderfluid pada artikel Billboard.com
Foto Miley Cyrus yang mengaku sebagai Genderfluid pada artikel Billboard.com

Genderfluid -- Diberikan kepada seseorang yang menghendaki untuk tetap fleksibel soal identitas gender dan tidak berkomitmen pada satu gender tunggal saja. Orang Genderfluid tidak melihat adanya batasan diantara gender, dan mampu mengekspresikan beberapa gender dalam waktu yang bersela.

Pangender -- Orang yang memiliki seluruh identitas gender yang ada. Mereka dapat mengalami identifikasi tersebut pada waktu yang sama maupun pada waktu yang bersela (seperti Genderfluid).

Agender -- Disebutkan kepada mereka yang menganggap tidak memiliki gender(bebas gender). Bagi mereka, identitas gender bukanlah hal yang penting dalam menentukan sikap dan keseharian.

Meskipun kategori ini tidak mengikuti norma gender tradisional, sosiolog A. Finn Enke menyatakan bahwa para Genderqueer tidak secara otomatis menjadi transgender.

WHO sendiri juga memberikan pernyataan bahwa seks/jenis kelamin dan gender merupakan hal yang berbeda. Identitas gender berada secara terpisah dengan orientasi seksual. Orang Genderqueer juga memiliki berbagai macam orientasi sosial seperti orang lain pada umumnya. Pernyataan WHO ini muncul seiring dengan semakin bertumbuhnya kaum Genderqueer di dunia yang mengukuhkan Genderfluid Pride Day, pada tanggal 6 April 2018.

Alam mengakui eksistensi Genderqueer. Kerajaan fauna mengukuhkannya. Dunia flora mengesahkannya. Adalah Hermafrodotisme, dimana siput bugil (gastropoda) yang memiliki kelamin ganda menjadi contoh klasik.

Dalam dunia flora, lebih banyak lagi. Spesies tumbuhan hermafrodit adalah semua yang memiliki kemungkinan melakukan penyerbukan sendiri (self-pollination). Mereka adalah tumbuhan dengan bunga sempurna (bunga yang memiliki organ kelamin jantan, yaitu benang sari, dan betina, yaitu putik) atau dengan bunga jantan dan betina pada satu individu.

**Kembali ke kasus Mira (kejadian diantara 04/04/2020 -- 05/04/2020)

"Terbujur kaku menahan sakit, menyisakan perasaan terintimidasi. Entah apa yang dipikirkannya."

Jika engkau tidak merantau ke Jakarta, mungkin engkau bisa terpilih menjadi kaum pendeta Bissu di tempat kelahiranmu.

Jika engkau lahir sedikit lebih cepat, mungkin masalah status gendermu tidak perlu dihadapi dengan krisis kepercayaan diri.

Jika engkau adalah flora, maka mungkin engkau akan menjadi pujaan banyak orang. Jika engkau adalah fauna, mungkin engkau akan dilindungi.

Apakah ini hukum Alam? Mungkin tidak, karena Hermafrodit adalah ciptaanNya. Apakah ini keinginan Tuhan? Kembalilah kepada Nurani, janganlah engkau menghina Tuhan, karena Yang Kuasa tidak memerlukan identitas gender.  

Sumber: DW, Suara, Tribun, Wikipedia 1, 2

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun