Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kita Telah Berubah Menjadi Tikus di Tahun Tikus Ini

12 April 2020   13:23 Diperbarui: 13 April 2020   05:14 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PHOTO: Ageing process reversed: It works in mice, now humans could be next (Reuters)

Tahun Tikus telah lama terlupakan, padahal masih banyak tikus berkeliaran. Mungkin karena Imlek sudah tidak lagi viral, meskipun semua bayi yang lahir di masa pandemi ini, harus berlabel Tikus.

Keputusan mengambil hewan sebagai penanggalan Shio, konon dikarenakan masih banyak orang China jaman dulu yang buta literasi. Namun pemilihan hewan tidaklah secara serampangan.

Selain dijelaskan dalam legenda China Kuno pada artikel penulis lainnya: Gelar Kehormatan Dari Langit Buat Sang Tikus, unsur metafisika juga memaknai setiap hewan terpilih. Katanya sih, setiap keadaan dan manusia yang lahir pada tahunnya, mewakili sifat hewan yang terpilih pada tahun tersebut.

Sepertinya akibat virus Corona yang melanda, sifat tikus pada Tahun 2020 ini, memberikan pengaruh yang jauh lebih besar terhadap manusia. Mari kita renungkan sejenak...

Bahwa banyak yang tidak menyukai tikus dikarenakan label "jijik" pada bentuknya, demikian pula adanya dengan manusia selama masa pandemi.

Bahwa banyak tikus "rakus" yang berkeliaran hanya untuk mencari makan dan menimbun makanan pada sarangnya, demikian pula adanya dengan manusia selama masa pandemi.

Bahwa banyak penyakit "sekarat" yang disebarkan tikus, membuat hewan yang satu ini patut diberantas, semoga bukan demikian adanya dengan manusia selama masa pandemi.

Metafisika Shio selalu mengandung makna filsafat yang dalam terkaji. Apakah yang terjadi? Apakah alam ingin menyampaikan bahwa memang manusia adalah "jijik" adanya? Apakah memang kita sedemikian "rakus", sehingga tibalah saatnya untuk merenung? Atau jangan-jangan memang kehidupan sudah "sekarat", sehingga kita hanya perlu menunggu waktu?

Jangan telalu berkecil hati, dalam setiap makna filsafat yang teruji, selalu ada kesempatan untuk mengembalikan keseimbangan dengan cara terpuji.

Jelas sifat tikus banyak melekat dalam diri manusia selama masa pandemi. Mari kita terima faktanya, namun tidak dengan keputusaasaan. Mari kita kembali melihat sisi kebaikan dari para tikus yang tidak akan pernah pupus.

Penyintas yang Tangguh.

Tidak ada bedanya dengan manusia, tikus dapat ditemukan dengan mudah diseluruh penjuru dunia, mulai dari perumahan padat hingga ke hutan terpencil. 

Tikus juga dikenal dapat hidup pada berbagai macam ekosistem, mulai dari hidup di dalam tanah, di atas pohon, hingga di rawa-rawa yang berbahaya.

Kenyataan ini kemudian memberikan sebuah kekuatan bagi para tikus sebagai mahluk yang memiliki daya tahan tubuh dan kemampuan beradaptasi yang bagus.

Tikus terbukti dapat menahan radiasi melebihi mahluk apapun di dunia, memiliki kemampuan untuk bertahan lebih lama tanpa air dan memiliki kemampuan untuk membangun kekebalan tubuh terhadap berbagai racun yang menyerang cepat.

Mahluk yang Tidak Serakah.

Terlepas dari reputasinya yang terkenal suka "menyikat" apa saja, Tikus bukanlah hewan yang rakus. Tahukah anda jika tikus tidak pernah muntah? 

Hal ini disebabkan karena tikus selalu memakan makanannya secara sedikit demi sedikit dan perlahan. Sang Tikus harus memastikan bahwa makanan yang dimakan aman bagi dirinya.

Mahluk Sosial yang Penuh Cinta Kasih dan Setia Kawan.

Sama seperti manusia, beberapa spesies tikus juga merupakan hewan yang sangat sosial, namun ada juga yang berjenis introvert, yang hanya senang hidup soliter. Tikus adalah hewan yang senang "kawin" sehingga memiliki potensi reproduksi tinggi dengan populasi yang cenderung meningkat tajam.

Selain itu, mungkin karena para tikus merasa "tidak diinginkan" oleh para manusia, maka mereka memutuskan untuk hidup secara kelompok dan saling membantu, tidur bersama, bermain bersama, bahkan saling menjaga dan merawat kawannya yang sedang sakit atau terluka.

Jika ada kawan yang mati, maka tikus-tikus yang masih hidup akan merasa kesepian dan tertekan. Itulah mengapa kita sering mengalami "balas dendam" tikus, jika berhasil menangkap salah satu dari kawannya.

Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah tikus ternyata sangat penyayang yang tidak bisa hidup bukan tanpa teman saja, namun juga tanpa manusia yang membencinya.

Jika sebuah rumah dibiarkan kosong terlalu lama, maka habitat tikus yang sudah biasa dengan keramaian, akan pindah dan digantikan dengan rombongan tikus baru yang tidak kenal akrab dengan penghuni sebelumnya.

Mahluk yang Pintar dan Selalu Belajar dari Kesalahan.

Meskipun penglihatannya buram, namun tikus memiliki daya ingat yang bagus. Melalui ingatannya yang tergolong istimewa, tikus dapat dengan mudah mengingat dan memetakan semua rute dan tempat yang sudah dilewati dalam jangka waktu yang lama.

Uniknya, hewan ini juga mampu mengingat wajah manusia dan mengenali orang-orang yang telah mereka lihat sebelumnya. Hal ini kemudian membuat mereka lebih waspada terhadap manusia yang sudah pernah mencoba untuk menangkapnya atau para tamu yang hanya datang berkunjung.

Diciptakan untuk Berkorban.

Dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam, setiap mahluk akan berada pada rantai makanan. Uniknya, tikus menjaga keseimbangan ekosistem ini dengan berada pada tropik yang paling rendah dalam rantai makanan.

Tikus selalu menyediakan dirinya sebagai mangsa para predator seperti ular, musang, dan elang. Jadi bisa dibayangkan, tanpa kehadiran tikus pada alam (hutan), maka yang jadi sasaran tentunya hewan peliharaan manusia, atau bahkan manusia itu sendiri.  

*****

Masa pandemi di tahun Tikus memang membuat diri kita menjadi seperti tikus, namun melihat kenyataan bahwa tikus adalah hewan yang tidak serakah, setia kawan, penuh kasih sayang, dan belajar dari kesalahan, maka sudah sepantasnya tahun tikus ini memberikan makna yang sama bagi kita semua untuk mengatasi keadaan sulit yang kita hadapi bersama.

Ingatlah bahwa kita adalah mahluk yang diberkati dengan segala akhlak dan budi. Dalam keadaan sesulit apapun, manusia akan selalu mendapatkan jalan keluar yang terbaik.  Jika tikus saja adalah penyintas alam yang baik, mengapa kita tidak?

Namun diantara semuanya, adalah kesediaan mereka untuk berkorban demi kemanusiaan. Apakah kita sanggup?

Sumber:
satu, dua, tiga

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun