Virus Corona menyimpan berbagai misteri yang belum terpecahkan hingga sekarang. "Mengapa virus ini ada? Mengapa virus ini begitu cepat menyebar? Mengapa harus ada pada saat sekarang?"
Belum termasuk pertanyaan yang menyentuh sisi iman dan keyakinan, seperti "Mengapa orang-orang tersayang yang harus mati? Apakah ini keinginan Tuhan? Apakah ini akhir dari dunia?"
Pada saat medis belum menemukan jawaban terhadap kematian yang mengancam, penyakit adalah hal yang menakutkan. Ditengah keputusasaan, manusia tergerak untuk menciptakan jawaban atas kondisi yang menimpa.
Pada saat kemampuan medis dianggap tidak memadai dan pertanyaan mengenai eksistensi Tuhan menimbulkan keraguan, manusiapun beralih ke hal-hal supranatural.
Legenda Vampir yang Mewabah
Pun dengan apa yang terjadi di Transylvania berabad-abad lalu (sekarang bagian negara Rumania), pada saat malapetaka, wabah penyakit, dan hewan-hewan ternak mati melanda daerah-daerah pelosok ini, banyak orang menyalahkan roh-roh halus yang memburu makhluk hidup.
Menurut penulis Inggris, Roger Luckhurst, yang menyunting buku seri cetakan ulang Oxford World Classic untuk cerita Bram Stoker's Dracula, kondisi mengenai mitos Vampir, disebutkan;
"Kata Vampir pertama kali muncul pada tahun 1730-an menyusul laporan pada surat kabar mengenai kondisi pinggiran Eropa tentang mayat yang digali dan terlihat bengkak dengan darah segar disekitar mulut." Ujar Luckhurst.
Hal ini disebabkan oleh penyakit katalepsi yang diderita oleh banyaknya orang didaerah tersebut. Penyakit ini membuat seseorang dalam keadaan katakonik (kondisi kejiwaan yang membuat tubuh menjadi kaku secara temporer) yang artinya beberapa orang telah dikubur hidup-hidup.
Kondisi ini disebabkan karena pengetahuan medis sangat minim pada saat itu, sehingga untuk memastikan seseorang telah meninggal sangat tidak mudah. Akhirnya beberapa orang yang telah dikubur bangun dan merasa ketakutan, sehingga mengigiti dirinya sendiri.
Selain itu, kebanyakan orang di desa terpencil pada saat itu memiliki binatang. Lokasi tempat tinggal mereka biasanya dekat dengan hutan dimana terdapat banyak binatang liar. Wabah yang menyerang hewan yang mati mendadak secara massal, sering memberikan label kepada hewan liar "terkutuk", seperti kelelawar sebagai biangnya.
Demikian pula dengan Manusia Serigala jadi-jadian (Were Wolf).
Sebelum obat-obatan menjadi cukup canggih, gejala Rabies dapat membuat seseorang merasa benci terhadap cahaya dan air. Penderita menunjukkan gejala menyerang, menggigit, dan mengingau sebelum menemui ajalnya. Namun disisi lain, jika sedang tidak kambuh, maka penderita tampak "seolah-olah" tidak sakit.
"Rabies jelas-jelas ada hubungannya dengan manusia serigala juga," kata Luckhurst. Dimana orang-orang dapat "berubah seketika" ketika bersua dengan hewan-hewan pembawa penyakit Rabies, khsusunya anjing liar dan serigala.
Mitos Didukung Oleh Perbedaan Strata dalam Masyarakat.
Lebih lanjut menurut Desiree Lyon Howe dari American Porphyria Foundation, "Sebetulnya kasus parah yang terjadi terhadap sebuah wabah hanya kurang dari beberapa ratus saja pada suatu waktu yang sama dan kebanyakan gejala-gejala yang diperlihatkan penderita sangat kurang drastis dibandingkan hal-hal yang digambarkan."
Namun budaya Primordialisme Bangsa Eropa membuat kisah yang mereka dapatkan seolah-olah adalah kabar baik dan merupakan sebuah afirmasi tentang seberapa beradab dan majunya mereka dibandingkan dengan warga pedesaan di pinggiran Eropa.
Mitos Vampir sebagai monster penghisap darah menemukan fakta lain, bahwa ternyata mitos ini tidak saja milik dari bangsa Eropa. Fenomena yang sama juga terjadi di berbagai belahan dunia, seperti Manananggal di Filipina, Peuchen di Cile, Baobhan Sith di Skotlandia, Yara-Ma-Yha-Who dari suku Aborijin di Australia, dan tentunya Jenglot dari Indonesia.
Pandemi Covid-19 yang mendunia sudah hampir menemukan titik jenuh bagi banyak manusia. Apakah fenomena penciptaan monster yang berhubungan dengan virus Corona ini juga bisa muncul.
Ternyata sudah ada...
Namun Monster yang satu ini tidak menghisap darah atau mengubah manusia menjadi serigala. Monster yang satu ini melakukan hal-hal baik dengan menyadarkan masyarakat di India untuk tidak berkeliaran di luar rumah.
Helm unik yang dikenakan oleh para polisi di India tersebut berbentuk virus Corona yang menyeramkan dan ternyata hasilnya efektif bagi masyarakat India yang ketakutan dan akhirnya menjadi sadar akan bahaya virus ini.
Inspektur Polisi Rajeesh Babu yang mengenakan helm ini di jalan kota Cehnnai, Tamil Nadu, India mengatakan bahwa cara yang ditempuh cukup efektif menyadarkan masyarakat.
"Helm corona ini adalah salah satu langkah yang kami ambil untuk memastikan bahwa orang-orang sadar akan keseriusan petugas. ketika saya menggunakan helm ini, bahaya corona virus ini yang muncul di benak para pengendara. Terutama, anak-anak bereaksi keras ingin segera pulang, setelah melihat ini" Ujar Rajeesh.
Bagaimana dengan di Indonesia? Apakah suatu waktu akan muncul mitos yang terkait dengan wabah virus Corona? Atau justru topeng virus Corona ini yang akan menjadi viral dan ramai diperjual belikan di pinggir jalan oleh pedagang asongan? Sebaiknya jangan ya... Ingat Social Distancing.
Sumber:
https://radarsukabumi.com/dunia/59-jemaat-gereja-tewas-minum-dettol-demi-cegah-corona/
https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-37849832
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H