Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Membantu Tenaga Medis Memerangi Covid-19, Jangan Beli Barang Ini

25 Maret 2020   09:28 Diperbarui: 25 Maret 2020   13:22 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini dunia sedang berperang...

Bukanlah peperangan melawan tirani seperti pada umumnya, namun sebuah peperangan melawan kemurkaan alam yang muncul akibat kepongahan manusia terhadap makna keseimbangan alam yang sesungguhnya.

Perang melawan Virus Corona tidak memerlukan adu jotos untuk harga diri yang tercoreng. Perang ini melibatkan hati nurani terdalam untuk menyelamatkan kemanusiaan dari ancaman kepunahan.

Perang melawan Virus Corona tidak melibatkan pasukan, senjata, peluru, dan juga mesin perang termuktahir. Perang ini melibatkan tenaga medis yang seyogyanya terlindungi pada garis terdepan konflik.

China sebagai negara yang menjadi episentrum pertama Covid-19 telah melaporkan lebih dari 1,700 dokter terinfeksi virus Corona, dan 10 diantaranya meninggal dunia. Hal tersebut diakui oleh pemerintah China karena keterbatasan alat pelindung. Banyak dokter yang terpaksa menggunakan masker dan baju pelindung hingga beberapa kali.

Italia sebagai negara yang paling terpapar serangan Covid-19 juga melaporkan hal yang sama. Seorang dokter bernama Marcello Natali, dalam sebuah wawancara di TV, mengungkapkan bahwa masalah terbesar bagi tenaga medis di Itali adalah kekurangan alat pelindung dalam menangani para pasien Corona. Beberapa minggu setelah wawancara TV, dokter Marcello akhirnya meninggal dunia.

Di Indonesia sendiri Per tanggal 24 Maret 2020, sudah ada 6 korban dokter yang meninggal akibat Covid-19, termasuk Guru Besar Epidemologi FKM UI dokter Bambang Sutrisna, MHSc. dan Guru Besar Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM, dokter Iwan Dwiprahasto.  

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Seorang dokter RS. Bhayangkara di Kendari, Sulawesi Tenggara, terpaksa membeli jas hujan di pasar setempat untuk menyulapnya menjadi APD.

Ketua Umum PPNI Harif Fadillah menyebut tak semua rumah sakit memiliki APD yang cukup. "Ibarat kita perang tanpa pertahanan, itu namanya mati konyol. keluhan dari berbagai daerah itu APD juga," kata Harif dalam wawancara di radio MNC Trijaya, Sabtu (21/3).

Pemerintah tidak tinggal diam, Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman mengatakan pemerintah sedang menyiapkan alat-alat kesehatan yang akan digunakan oleh dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya.

Melihat kepada fakta ini, apa yang bisa kita lakukan sebagai warga sipil yang tidak terlibat langsung dalam peperangan ini?

Tentu, saran yang terbaik adalah dengan tidak menjadi korban dengan mengikuti saran pemerintah, seperti menjaga kesehatan, menjaga imun tubuh, beraktifitas dari rumah, hingga ke #socialdistancing.

Namun diatas semua itu, ada baiknya kita tidak melakukan panic buying, apalagi menimbun peralatan medis yang dibutuhkan oleh para dokter dan tenaga medis. Apa saja daftarnya?

Masker Standar Medis N95.

Masker bedah adalah benda yang paling dibutuhkan untuk mencegah penularan virus Corona. Memiliki beberapa kekurangan, seperti tidak bisa mencegah penularan melalui udara (airborne), namun cukup efektif menghentikan penyebaran melalui droplet yang merupakan pola penularan virus Corona.

Sementara itu, masker N95 memiliki keunggulan lebih untuk melindungi penggunanya dari partikel kecil di udara dan dapat digunakan sebanyak 5 kali. Masker N95 ini sangat dibutuhkan oleh tenaga medis yang berada di garis terdepan dalam menangani banyaknya pasien yang terpapar Covid-19.  

Alat Pelindung Diri (APD)

Menjadi kebutuhan utama tenaga medis dalam menangani pasien Covid-19 yang sesuai dengan standar kesehatan dunia dari WHO. Umumnya APD hanya digunakan sekali pakai.

APD untuk tenaga kesehatan terdiri dari cover all jumpsuit yang serupa baju astronaut, penutup kepala, kacamata pelindung, masker, sarung tangan, dan sepatu. Ditengah pandemic Covid-19, pemerintah DKI Jakarta saja mengatakan membutuhkan 1.000 unit per hari.

Baru-baru ini, sebuah cuitan dari Dokter Spesialis Mata, dr. Ferdiriva Hamzah melalui akun terverifikasi miliknya, Ferdiriva menyesalkan ludesnya sarung tangan karet (surgical gloves) di pasaran.

Menurutnya, lebih baik kita rajin mencuci tangan dibandingkan memakai sarung tangan yang biasanya digunakan untuk tenaga medis.

Gambar Baju Hazmat digunakan berbelanja ke toko (dokpri)
Gambar Baju Hazmat digunakan berbelanja ke toko (dokpri)
Alkohol Schwab

Barang yang satu ini juga menjadi sasaran kelangkaan. Harga yang beredar diberbagai toko on-line dijual dengan nilai keserakahan sebesar dua hingga tiga kali lipat dari normal.

Padahal Alkohol Schwab diciptakan khusus untuk keperluan medis saja, khususnya sterilisasi jarum suntik dan tangan yang dibutuhkan dalam penanganan medis.

Banyak berita miring yang menganjurkan menggunakan jenis alkohol ini untuk "sterilisasi" handphone dan laptop. Tidak jarang juga malah menggunakannya sebagai pembersih peralatan makan dari logam.

Obat-obatan pendukung

Baru-baru ini tersiar kabar mengejutkan dari Amerika Serikat, mengenai seorang pria yang tewas setelah mengonsumsi Chloroquine yang dia percayai dapat melindungi dirinya dari paparan Covid-19, setelah mendengar seruan Presiden Donald Trump bahwa obat malaria dapat menyembuhkan Covid-19.

Setelah dilakukan penyelidikan oleh tim dokter, ditemukan fakta bahwa Chloroquine yang mereka telan adalah jenis yang berbeda. Pasangan itu menyamakan kloroquin fosfat dengan Chloroquine. Padahal kloroquin fosfat berfungsi sebagai pengobatan untuk ikan yang terpapar parasit.

Pemerintah Indonesia telah mengimpor Avigan dan Chloroquine, sebanyak 5 juta butir. Juru Bicara Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak sembarangan mengkonsumsi obat Chloroquine.

"Sekali lagi, klorokuin obat yang digunakan untuk penyembuhan, bukan untuk pencegahan. Oleh karena itu tidak perlu masyarakat membeli klorokuin dan menyimpannya" kata Achmad Yurianto di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (21/3).

Masalah alat pendukung medis untuk memerangi Covid-19 ini telah mendunia. Berdasarkan pemodelan WHO, diperkirakan 89 juta masker medis diperlukan untuk merespons Covid-19 setiap bulan. Untuk sarung tangan pemeriksaan, angka itu mencapai 76 juta, sementara permintaan untuk pelindung mata mencapai 1,6 juta per bulan.

Selain itu, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom menyebutkan bahwa  kekurangan pasokan disebabkan oleh meningkatnya permintaan, pembelian panik, penimbunan, dan penyalahgunaan. Ia juga juga mengimbau para pemerintah negara untuk meningkatkan pasokan dengan melonggarkan pembatasan ekspor, menghentikan spekulasi dan penimbunan.

Sumber;
kabar24.bisnis.com
ayobandung.com
katadata.co.id
tagar.id
cnnindonesia.com
suara.com
detik.com
liputan6.com

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun