Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mian Xiang dan Physiogonomy: Ketika Timur dan Barat Kompak dalam Seni Membaca Wajah

14 Maret 2020   22:35 Diperbarui: 15 Maret 2020   17:06 6540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para praktisi Mian Xiang telah melakukan hal ini selama ribuan tahun lamanya, dan telah banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan dan sosial kemasyarakatan dari generasi ke generasi. Pada jaman kerajaan Tiongkok Kuno, penerapan ilmu ini untuk menyeleksi lingkar kerajaan adalah hal yang sudah lazim digunakan.

Ketika Timur Bertemu Barat.

Ilmu seni membaca wajah tidak saja hanya milik kebudayaan Tiongkok semata. Ilmu ini juga memiliki nama lain dari dunia barat yang disebut dengan "Phyisiogonomy."  

Aristoteles, seorang filsuf Yunani (384--322 SM) yang menulis dalam bukunya Prior Analytics; "Adalah hal yang mungkin untuk mengetahui karakter seseorang melalui fitur (wajah), karena ekspresi alamiah yang berubah seiring dengan perubahan tubuh dan jiwa."

Karya Aristotles ini dianggap sebagai karya Phyisiogonomy tertua dalam budaya barat. Namun Pada tahun 1775, sebuah esai dipublikasikan oleh Johann Kasper Lavater, seorang pastor dan penyair yang juga dikenal sebagai bapak Phyisiogonomy, berisikan literasi mengenai klasifikasi bentuk wajah dalam bentuk ilmiah.

Selanjutnya pada tahun 1913, buku Encyclopedia of Face and Form Reading yang ditulis oleh Mary Olmsted Stanton dipublikasikan dan mendapat sambutan yang luas. Buku tersebut berisikan arti dari fitur dan struktur wajah. Sayangnya banyak juga pihak yang menentang buku ini dan menuduh Stanton telah melakukan tindakan provokasi diskriminasi.

Sampai dengan sekarang, telah banyak literasi, penelitian, dan penemuan ilmiah yang berisikan mengenai Phyisiogonomy ini.

Bukanlah sebuah ilmu, jika tidak mendapatkan perdebatan.

Sebagian orang masih menyimpan pertanyaan, jika seseorang mendapat kecelakaan pada wajah, apakah dengan sendirinya karakter akan berubah? Menurut informasi, karakter yang berubah akan memberikan bentuk wajah yang berubah juga, meskipun perubahannya tidak drastis, namun tetap ada perubahan kecil yang dapat terlihat.

Dalam hal perubahan akibat kecelakaan, praktisi Mian Xiang setuju bahwa akan berpengaruh kepada pola pembacaan wajah ini, karena secara umum seluruh bagian di muka menentukan karakter dan perjalanan hidup yang akan ditempuh. Sedikit banyak wajah yang berubah menentukan adanya perubahan dalam hidup.

Pada saat ilmu ini dikembangkan, manusia belum mengenal tehnologi operasi plastik. Pertanyaan berikut, bagaimana jika perubahan wajah dilakukan secara sengaja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun