Simtom ini biasanya muncul pada awal usia remaja dan dapat menjadi potensi yang memengaruhi stress, depresi dan gangguan jiwa lainnya. Simtom ini tidak dapat terdeteksi secara dini, kecuali individu menunjukkan adanya gejala.Â
Penderita biasanya memiliki potensi menyerang obyek benda mati maupun mahluk hidup. Hal yang sama terungkap melalui pengakuan NF yang suka menyiksa binatang dengan cara yang kejam.
Seberapa besar potensi simtom IEDÂ ini pada manusia? Statistik menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, 7.3% orang dewasa pernah mengalami simtom ini minimal sekali dalam hidupnya, atau minimal sekitar 11.5 sd 16 juta jiwa. Dari total penderita, 67.8% pernah menyerang orang lain secara fisik, 29.9% pernah menyerang melalui ancaman, dan 11.4% pernah meluapkan emosinya untuk menghancurkan barang. Â Â
Meski data statistik ini cukup mengejutkan, namun tingkat agresi yang ditimbulkan cukup bervariasi. Mulai dari hanya sekedar "marah-marah" sampai dengan membunuh, seperti kasus Erick Smith (dan mungkin juga, NF).
Sebagai orangtua, sikap waspada tidak perlu dibarengi dengan sikap ketakutan berlebihan. Dengan fakta bahwa anak kecil-pun bisa menjadi pembunuh, gejala yang ada bukanlah tanpa penyembuhan. Untuk itu, ada baiknya kita mengenal simtom ini dan "bersahabat" dengannya.
Menurut sumber, simtom IED ini memiliki beberapa faktor penyebab yang merupakan kombinasi dari faktor genetika, faktor fisikal, dan faktor lingkungan.  Â
Faktor Genetika.
Ada hipotesa yang mengatakan bahwa simtom ini diturunkan dari orangtua; namun belum ada riset yang lebih spesifik mengenai jenis Gen yang berpengaruh.
Faktor Fisikal.
Riset mengatakan bahwa simtom IED ini terjadi karena adanya abnormalities (ketidaknormalan) dari fungsi otak yang menimbulkan tindakan agresi yang impulsif. Abnormalities tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter serotonin, yang berfungsi sebagai pembawa perasaan nyaman dan senang.
Faktor Lingkungan.
Hipotesa mengatakan bahwa anak-anak yang tumbuh pada lingkungan keluarga, dimana kekerasan sering terjadi, memiliki potensi IED. Hal yang sama juga terjadi pada anak yang sudah sering mengalami kekerasan fisik dalam lingkungan.
Anak-anak ini tanpa sadar tumbuh dengan sebuah keyakinan untuk mengikuti apa yang orangtuanya telah ajarkan. Kepercayaan bahwa mereka harus melakukan kekerasan fisik untuk menyelesaikan permasalahan, juga berlaku disini.
Sekali lagi, kekhwatiran yang berlebihan tidak menyelesaikan masalah.
Dari beberapa contoh kasus pembunuhan oleh anak dibawah umur, IED tidak menjadi satu-satunya penyebab dari aksi pembunuhan. Banyak juga yang berasal dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis, pengaruh lingkungan, dan faktor ekonomi.