Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Empat Cara untuk Membersihkan Harimau dari Mulutmu

7 Maret 2020   22:07 Diperbarui: 7 Maret 2020   22:16 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Best-Wallpaper.net

Mulut-Mu, Harimau-Mu

Sebuah pepatah yang menandakan bahwa ucapan dapat mengakibatkan hal yang fatal bagi diri seseorang jika tidak diatur dengan baik.

Ucapan memang selalu menjadi dilema. Sebagai anugrah terbesar dari Sang Pencipta, dapat menjadi pedang bermata dua. Ucapan dapat memperbaiki kehidupan, namun juga memiliki kemampuan untuk menghancurkan dunia.

Sudah banyak saran terdengar untuk "selalu berpikir sebelum berucap" agar seseorang dapat terhindar dari malapetaka. Namun apakah benar manusia selalu berpikir sebelum berucap?

Manusia selalu menggunakan mulutnya tanpa batasan. Sebuah riset dari Universitas Arizona menemukan fakta bahwa jumlah kata yang keluar dari mulut manusia adalah rata-rata sebanyak 17.000 kata per hari.

Jumlah yang fantastis untuk dipikir sebelum dikeluarkan. Oleh sebab itu, jangan terlalu berharap bahwa manusia hanya dapat mengucapkan kata-kata yang bagus saja.

Apakah dengan demikian, maka kita harus pasrah dengan keadaan bahwa suatu saat mulut kita akan berubah menjadi harimau yang menyantap tuan-nya?

Rasanya tidak rela juga menjadi santapan harimau. Nah, langkah terbaik adalah melakukan tindakan preventif (pencegahan) dengan tidak memelihara harimau dalam mulut-mu.

Caranya adalah dengan mempraktekkan Ucapan Benar.

Meminjam istilah yang berasal dari filsafat Buddhisme, Ucapan Benar memiliki empat karakteristik.

Ucapan yang Jujur.

Ucapan yang jujur adalah perkataan yang tidak menambah atau mengurangi sebuah informasi. Lawan dari Jujur adalah kebohongan atau tidak mengucapkan sesuatu dengan benar.

Memang susah untuk tidak berbohong. Dalam kehidupan nyata, kadang kebohongan dapat terjadi atas nama "kebaikan" atau "keterpaksaan" (baca artikel penulis lainnya https://www.kompasiana.com/komjenrg6756/5e43d04c097f36354f0082f2/berbohong-itu-mudah-bisa-dilakukan-atas-nama-kebaikan-dan-keterpaksaan)

Namun apapun alasannya, tindakan berbohong akan selalu menimbulkan konsekuensi. Faktor yang menentukan, apakah suatu perkataan dapat disebut dengan berbohong, adalah kehendak yang mendasarinya.

Ucapan yang Lembut.

Sesuatu hal yang diucapkan dengan lembut akan terdengar enak, dan menimbulkan perasaan yang nyaman. Sebaliknya, perkataan yang diucapkan dengan kasar akan berpotensi menimbulkan konflik.

Cara yang terbaik untuk tidak berkata kasar adalah mencegah berkata-ka jika sedang marah, karena pada saat marah, sumpah serapah biasanya akan keluar dengan sendirinya.

Bagaimana dengan seseorang yang sudah terbiasa berbicara dengan keras karena pengaruh lingkungan? Intinya adalah setiap perkataan yang diucapkan tidak selayaknya membuat perasaan orang lain tidak nyaman.

Ucapan yang menimbulkan Keharmonisan.

Ucapan Benar juga tidak seharusnya menimbulkan perpecahan atau pertikaian, atau dengan kata lain tidak melakukan fitnah atau mengadu domba.

Fitnah biasanya didasari oleh kebencian atau iri hati. Fitnah dapat menimbulkan kesengsaraan baik bagi orang lain, maupun bagi pelaku.

Kehilangan muka, kehilangan kepercayaan, kehilangan harga diri hanya segelintir dampak yang muncul akibat fitnah.

Ucapan yang Bermanfaat

Siapa sih yang tidak senang bergosip? Bergosip itu indah, karena bisa mendapatkan informasi yang "konon kabarnya" tidak diketahui oleh orang lain.

Menjadi "breaking news" yang selalu ditunggu-tunggu, membuat penyebar gossip serasa menjadi "news-anchor" yang didambakan.

Namun apakah betul gossip yang beredar adalah benar adanya? Layaknya menu utama dalam restoran, bumbu tambahan selalu ada untuk melengkapi rasa.

Bergosip adalah ucapan yang tidak bermanfaat. Meskipun enak didengar, namun kebenarannya masih diragukan. Hal ini belum termasuk dampak negatif bagi subyek yang digosipkan.

*****

Setelah memahami empat karakteristik dari Ucapan Benar, maka selanjutnya ada empat hal yang dapat menjadi perhatian;

Ketulusan

Dengan menjaga ketulusan, maka perkataan seseorang cenderung akan berlandaskan kejujuran. Tidak melebih-lebihkan atau mengurangi kebenaran yang diucapkan.

Menghargai.

Menghargai dan menyayangi sesama mahluk hidup akan membuat kita mengucapkan sesuatu yang melindungi kepentingan bersama. Perasaan sayang akan menciptakan perkataan yang terucap dengan lembut.

Bepikir Positif.

Kebiasaan berpikir positif akan membuat kita untuk melihat orang lain dari sisi positif. Dengan demikian maka rasa curiga, iri, benci akan lenyap dengan sendirinya.

Konsentrasi.

Kembali kepada pepatah yang mengatakan "selalu berpikir sebelum berucap." Dengan alasan apapun, seseorang yang dapat mempraktekkan hal ini, akan terhindar dari jebakan harimau.

Memang sulit kelihatannya, namun cara yang paling ampuh adalah dengan berkonsentrasi setiap saat.

Konsentrasi tidak saja membantu kita untuk berucap dengan benar, namun juga berpikir dan melakukan segala sesuatu dengan benar.

Semoga Bermanfaat.

Sumber; [1] [2] [3]

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun