Ada sebuah keuntungan terlahir sebagai manusia Indonesia. Sebuah negeri yang plural dengan kebebasan beragama yang dijamin.
Informasi mengenai agama bebas tersebar di negeri ini. Setiap orang memiliki hak dan juga kesempatan untuk mendengarkan ajaran sebuah keyakinan, tanpa harus mengubah agama yang dianut.
Pendidikan agama tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga. Beberapa sekolah yang berbasis agama menjadi pilihan bagi para penganutnya untuk berbagi pendidikan agama sejak dini.
Sekolah Islam, Sekolah Kristen, Sekolah Katolik, memiliki mutu pendidikan yang bagus dan juga pengembangan budi pekerti yang luhur.
Meskipun berlabel agama, namun tidak ada larangan bagi siswa dari agama lain untuk mengenyam pendidikan disana.
Begitu juga dengan penulis yang mewarisi agama leluhur, pernah mengenyam pendidikan di sekolah Kristen dan Katolik. Hal yang sama dirasakan oleh beberapa sahabat muslim yang pernah menjadi teman sekelas.
Sampai hari ini, dupa masih menyebar dalam rumah, dan kebiasaan mengunjungi rumah sahabat muslim sebangku di hari raya Idul-Fitri nan Suci, masih berlangsung.
Masih teringat dalam benak penulis, bagaimana gembiranya menyanyikan lagu pujian dalam gereja di setiap hari minggu. Tidak ada yang salah disini.
Iya... Tidak ada yang salah dengan keyakinan, semua agama adalah baik adanya.
Namun agama yang baik tidak menjamin penganutnya 100% terbebas dari kesalahan.
Sikap yang terlalu yakin, dapat membuat seseorang menjadi sangat fanatik terhadap keyakinannya. Memiliki standar yang ketat dalam pola pikir dan cenderung menutup opini yang dianggapnya bertentangan.