Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keyakinan yang Bermutasi

9 Februari 2020   10:54 Diperbarui: 9 Februari 2020   18:02 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keyakinan telah bermutasi...

Keyakinan yang dulunya bersifat prudensial, sekarang telah berubah menjadi hal yang mondial. Apa yang dulunya merupakan ranah diskusi bermoral, sekarang telah berhamburan di media sosial.

Keyakinan yang seharusnya berisikan diskusi yang sejuk menyenangkan, terasa tidak lengkap tanpa like dan komentar. Panggung suci bagi penjaga keyakinan telah beralih ke platform yang bernama Facebook, Twitter, dan Instagram.

Lihat saja postingan di medsos yang menimbulkan gagal paham.

"Ibu kota Medan, Jakarta." "Aku percaya Aku Bisa Terbang." "Ujung Dunia ada di Kampungku" Semuanya bikin ngakak terbahak bahak.

*****

Keyakinan adalah hak azasi manusia dan wajar untuk dimiliki. Tidak ada yang dapat memaksa seseorang meyakini sesuatu, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki akhlak.

Keyakinan berproses dengan cara yang berbeda, berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan juga level kognitif individu. Oleh sebab itu, keyakinan adalah hal yang bersifat pribadi.  

Namun meskipun bersifat pribadi, Keyakinan adalah dasar dari pemikiran, ucapan, dan tindakan yang mendasari keputusan.

Sehingga bisa juga dikatakan bahwa Keyakinan adalah refleksi diri dalam kehidupan sosial.

Keyakinan bekerja bagaikan pedang bermata dua. Bisa menjadi sebuah semangat untuk hidup lebih baik, atau bisa menjadi racun yang menggerogoti diri secara perlahan.

Ciri dari keyakinan yang berbahaya adalah keyakinan yang membabi buta berdasarkan "apa kata orang."

Salah satu isu yang sedang hangat mengenai WNI eks ISIS beredar kuat dalam beberapa hari terakhir. Hangatnya berita dikipas oleh pro dan kontra mengenai wacana repatriasi sekitar 600 orang WNI ini.

Kemanusiaan mendasari sikap bagi mereka yang tersesat, namun tidak sedikit juga yang menolak demi alasan keamanan negara. Kekhwatiran muncul terhadap bahaya paparan ideologi radikalisme bagi ratusan juta WNI, baik secara langsung maupun tidak.

Jika kita melihat aksi terorisme yang dilakukan oleh kombatan ISIS ini memang membuat kuduk merinding. Teror yang disebarkan bukan hanya di negara yang dikuasai, tapi juga diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Wajar saja jika sebagian pihak memilih untuk berhati hati dalam bersikap.

Aksi terorisme yang tidak dapat diterima oleh nalar, jelas merupakan sebuah contoh keyakinan yang membabi buta.

*****

Ada sebuah cerita menarik.

Terkisah 3 ekor ikan yang bersahabat, bernama Yakin, Upaya, dan Bijak. Ketiga ekor ikan ini adalah sahabat sejati dan selalu berada bersama dalam sebuah danau yang damai.

Hingga suatu hari, ada seorang nelayan yang menaburkan jala. Ketiga ekor ikan ini lantas terjerat didalamnya.

Ikan yang bernama Upaya, memiliki sifat pantang menyerah, terus berusaha mengigit jala, sehingga berhasil membuat sebuah lubang dan bebas dari sekapan.

Ikan kedua yang bernama bijak, memiliki ketenangan dalam setiap tindakan, kemudian mengikuti langkah si Upaya, untuk kabur dari jala yang menyekap.

Ikan ketiga yang bernama Yakin, sebenarnya memiliki pilihan untuk merobek jala atau mengikuti jejak si bijak keluar dari jaring yang mendekap.

Namun dengan segala keyakinan yang dimiliki bahwa ini hanyalah cobaan hidup, membuat ia berakhir di meja makan.

Dari cerita ini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa keyakinan yang baik, seharusnya dapat disertai dengan usaha dan kebijaksanaan.

Keyakinan harus berasal dari sebuah daya upaya...

Mengetahui kebenaran yang termakna didalamnya, bukan berdasarkan janji surgawi atau amarah neraka.

Keadaan surgawi bukanlah janji dan tidak didasari dengan kondisi nanti. 

Keadaan surgawi adalah sebuah usaha pasti dan sudah berada pada saat ini.

Oleh sebab itu, keyakinan berdasarkan harapan bukanlah keyakinan yang menghidupkan. 

Daya upaya untuk menemukan kebenaran dibalik harapan adalah muktlak dilakukan.

Harapan yang terlalu besar atas pencarian Surga, hanya akan berujung pada kegelapan. 

Daya upaya mencari makna surgawi, hanya dapat ditemukan melalui jalan yang berbudi.

Keyakinan juga harus berasal dari sebuah kebijaksanaan...

Setiap manusia pada dasarnya telah memiliki sifat dan kemampuan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya untuk menggunakan akal sehat dalam menilai arti dari kebaikan.

Keyakinan yang mendorong untuk melakukan sesuatu hal diluar batas norma dan moral kehidupan, adalah sebuah keyakinan yang tidak bermakna.

Tentunya melakukan sesuatu yang tidak bermoral akan menimbulkan konsekuensi penderitaan. 

Bukan saja terhadap orang lain, namun juga bagi diri kita.

Tidaklah nyaman hidup dalam kondisi yang penuh dengan kekerasan dan permusuhan. 

Surga adalah tempat suci, bukan milik mereka yang mengutamakan kekerasan sebagai pilihan.

*****

Tuhan menciptakan kehidupan dengan segala keragamannya. Perbedaan bukanlah menjadi hal yang perlu dibrutalkan.

Keragaman sejati adalah sebuah rantai simbiosis komensialisme yang saling melengkapi. Satu pihak diuntungkan, tanpa merugikan pihak lain.

Meributkan perbedaan, sama dengan meragukan alam semesta dan seluruh ciptaan-Nya.

Melenyapkan perbedaan sama dengan mengamputasi kaki, karena tidak sama dengan tangan.

Menghargai perbedaan akan menimbulkan perdamaian, karena pada dasarnya saya berbeda, anda berbeda, dan kita semua berbeda.

SALAM ANGKA

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Pythagorean Numerologist

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun