Hanya saja kandungan cannabinoid pada daun ganja memiliki efek simultan yang jauh lebih tinggi, sehingga jika dikonsumsi akan menimbulkan efek mabuk atau high. Hal ini kemudian menimbulkan masalah lain yang berbahaya bagi kesehatan.
Dalam beberapa kebudayaan, daun ganja bahkan diproduksi sebagai campuran bahan makanan, seperti pada beberapa jenis gulai, teh, dan juga kue tradisional.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan ganja pada batasan normal, sebenarnya tidak terlalu memberikan efek bahaya yang serius dibandingkan dengan zat narkotika lainnya.
Namun yang jadi permasalahan di negara kita, adalah masalah tanggung jawab sosial. Negara kita sudah memiliki sejarah kelam atas peredaran bahan berbahaya ini. Entah sudah berapa banyak nyawa merenggang, berapa banyak harta benda yang melayang, dan berapa banyak anggaran pemerintah yang terhamburkan untuk mencegah peredaran narkotika di negeri kita.
Masalah narkoba akan selalu menjadi masalah sosial yang pelik. Namun pertanyaan apakah sebaiknya ganja dilegalkan, juga menjadi sebuah pertanyaan yang menggelitik siapa saja.
Beberapa fakta menarik dapat kita lihat dari cara penangangan beberapa negara mengenai legalitas ganja. Di Belanda misalnya, penggunaan daun ganja diperbolehkan secara umum. Hasilnya, Belanda menjadi negara dengan jumlah pengguna narkotika terendah di Eropa.
Di Amerika sendiri, sembilan negara bagian juga sudah melakukan hal yang sama, mengizinkan penggunaan ganja sebagai bentuk rekreasional. Kanada menjadi negara makmur pertama di dunia yang melegalisasi ganja pada pertengahan 2018 lalu.
Patri Handoyo, penulis buku War On Drugs; Refleksi Transformatif Penerapan Kebijakan Global Pemberantasan Narkoba di Indonesia, melihat fenomena yang terjadi di beberapa negara ini juga pernah mengusulkan program Dekriminalisasi kepada pemerintah.
Bukan tanpa alasan, idenya terbentuk setelah melihat besarnya anggaran pemerintah terhadap pemberantasan narkoba.
Patri memberikan contoh yang dilakukan oleh Portugal yang menerapkan dekreminalisasi sejak tahun 2011. Hasilnya, lima tahun setelah program itu berjalan, Portugal berhasil menurunkan angka overdosis tahunan dari 400 menjadi 290 kasus.
Hal ini juga berdampak bagi jumlah warga yang harus masuk penjara sehingga menjadi beban anggaran belanja negara. Akan lebih elok jika pemerintah dapat menggantikannya dengan program rehabilitasi yang jauh lebih murah dan manusiawi.