Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ganja Tidak Berdosa, Mengapa Harus Dilegalkan?

3 Februari 2020   21:47 Diperbarui: 3 Februari 2020   21:53 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya saja kandungan cannabinoid pada daun ganja memiliki efek simultan yang jauh lebih tinggi, sehingga jika dikonsumsi akan menimbulkan efek mabuk atau high. Hal ini kemudian menimbulkan masalah lain yang berbahaya bagi kesehatan.

Dalam beberapa kebudayaan, daun ganja bahkan diproduksi sebagai campuran bahan makanan, seperti pada beberapa jenis gulai, teh, dan juga kue tradisional.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan ganja pada batasan normal, sebenarnya tidak terlalu memberikan efek bahaya yang serius dibandingkan dengan zat narkotika lainnya.

Namun yang jadi permasalahan di negara kita, adalah masalah tanggung jawab sosial. Negara kita sudah memiliki sejarah kelam atas peredaran bahan berbahaya ini. Entah sudah berapa banyak nyawa merenggang, berapa banyak harta benda yang melayang, dan berapa banyak anggaran pemerintah yang terhamburkan untuk mencegah peredaran narkotika di negeri kita.

Masalah narkoba akan selalu menjadi masalah sosial yang pelik. Namun pertanyaan apakah sebaiknya ganja dilegalkan, juga menjadi sebuah pertanyaan yang menggelitik siapa saja.

Beberapa fakta menarik dapat kita lihat dari cara penangangan beberapa negara mengenai legalitas ganja. Di Belanda misalnya, penggunaan daun ganja diperbolehkan secara umum. Hasilnya, Belanda menjadi negara dengan jumlah pengguna narkotika terendah di Eropa.

Di Amerika sendiri, sembilan negara bagian juga sudah melakukan hal yang sama, mengizinkan penggunaan ganja sebagai bentuk rekreasional. Kanada menjadi negara makmur pertama di dunia yang melegalisasi ganja pada pertengahan 2018 lalu.

Patri Handoyo, penulis buku War On Drugs; Refleksi Transformatif Penerapan Kebijakan Global Pemberantasan Narkoba di Indonesia, melihat fenomena yang terjadi di beberapa negara ini juga pernah mengusulkan program Dekriminalisasi kepada pemerintah.

Bukan tanpa alasan, idenya terbentuk setelah melihat besarnya anggaran pemerintah terhadap pemberantasan narkoba.

Patri memberikan contoh yang dilakukan oleh Portugal yang menerapkan dekreminalisasi sejak tahun 2011. Hasilnya, lima tahun setelah program itu berjalan, Portugal berhasil menurunkan angka overdosis tahunan dari 400 menjadi 290 kasus.

Hal ini juga berdampak bagi jumlah warga yang harus masuk penjara sehingga menjadi beban anggaran belanja negara. Akan lebih elok jika pemerintah dapat menggantikannya dengan program rehabilitasi yang jauh lebih murah dan manusiawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun