Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Hidup Realistis

25 Juni 2023   15:26 Diperbarui: 25 Juni 2023   15:53 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inflasi dan Pergeserah Budaya  

Inflasi yang sangat tinggi mengacu pada apa yang dirasakan kaum muda seperti saya dibandingkan dengan kaum muda dulu jaman orang tua kita. Memang begitu tinggi dan semakin tidak terkontrol.

Bahkan inflasi saat ini bukan lagi terjadi dalam hitungan puluhan tahun seperti jaman dulu di era orde baru atau pra tahun 2000-an. Cerita pengalaman saya sendiri sebagaimana inflasi sudah jauh dan tak lagi dapat terkontrol, saya menyadarinya pada tahun 2012 yang lalu.

Saat itu gaji satu bulan saya bekerja di angka 2-jutaan. Harga indomie di mini market masih di angka 1500 rupiah. Bisa dibayangkan meskipun ada kenaikan saat ini tahun 2023 saya digaji 2 lebih 200 ribu.

Tetapi nilai itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan indomie yang saat ini harganya mencapai 3000 lebih di mini market. Artinya inflasi lebih dai 100% dalam rentang 10 tahun yang lalu. Yang mana idealnya gaji buruh atau UMR di daerah saya sudah harus menyentuh angka 4 jutaan untuk dapat hidup layak di daerah Jawa Tengah.

Saya kira itulah mengapa inflasi yang begitu tinggi. Disusul dengan harga kebutuhan lain yang juga merangkak naik. Membuat pergeseran budaya masyarakat itu sendiri. Banyaknya angka pengagguran di kalangan muda akibat bonus demografi yang tidak terserap tenaga kerjanya oleh perusahaan.

Banyak justru saat ini perusahaan yang melakukan PHK pada kariyawaanya disusul dengan biaya oprasional yang tinggi. Harga barang produksi cenderung satagnan bila dinaikan harganya barang tersebut tidak laku dipasaran karena rendahnya daya beli masyarakat.

Itulah mengapa generasi muda di desa saya cenderung mencari pekerjaan di luar negri yang kesempatan kerjanya masih banyak. Dari mereka para generasi muda mengikuti sekolah-sekolah keterampilan kerja dan Bahasa ke Jepang, Taiwan dan Korea.

Disusul dengan kesempatan kerja di dalam negri yang semakin menyempit. Disamping itu pula jaminan kerja di dalam negri tidak pasti. Seperti kontrak kerja oleh perusahaan yang sedemikian singkat hitungan bulan, pendapatan yang minim hanya UMR dan juga masalah-masalah lain yang menghantui generasi muda tentang kehidupan ekonomi mereka kedepan.

Oleh sebab itu banyak generasi muda yang enggan atau setidaknya berpikir berkali-kali untuk membangun keluarga. Disebutkan juga oleh BKKBN bahwa angka usia menikah semakin tahun semakin meningkat umurnya. Artinya generasi muda enggan menikah muda dengan adanya ketidakpastian ekonomi yang mereka rasakan.

Saya sendiri berpendapat sedang ramainya chlidfree di kalangan anak muda. Atau ramai-ramai menunda menikah bahkan yang tidak ingin menikah sekalipun. Bukanlah dipengaruhi oleh informasi yang bertebaran di internet sebagai gaya hidup atau mentalitas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun