Berbicara aku punya prinsip menulis. Sama halnya aku juga harus sama punya prinsip bagaiamana aku sebagai generasi melineal, yang secara kesemapatan ekonomi begitu terdegradasi jauh melampaui nilai.
Bayangkan uang seratus ribu hari ini jika dibelanjakan tanpa aji. Hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Untuk makan, rokok, jajan dan lain sebagainya jika dibelanjakan sudah pasti akan cepat bubar tanpa sisa sedikitpun.
Ditambah jika masa lebaran tiba seperti akhir-akhir ini. Acara demi acara keluarga, teman dan lain sebagainya, membuat keuangan tergerus secara drastic bagi yang tak mampu memilih prioritas kebutuhan di dalam hidupnya sendiri.
Bagaimanapun kita bersosial hari ini. Kumpul-kumpul keluarga dan juga untuk sekedar berlari keluar dari kepenatan hidup berwisata. Semua harus menggunakan uang tercermin sebagaimananya hari ini. Keterikatan uang dan manusia tidak dapat dilepaskan begitu saja pengaruhnya. Â
Maka dari itu. Aku pula harus menilik kembali bagaiamana nantinya aku mau menikah dan punya anak. Kata-kata yang terlontar menjadi kekhawatiran sanak-saudara di kala usiku semakin tua. Mereka tak ingin aku hidup sendirian sampai tua nanti tanpa anak dan istri sebagai teman hidup.
Akan tetapi menikah dan punya anak bukan keharusan melinkan kemauan bagiku. Karena semua tentang pernikahan itu adalah pilihan. Dan setiap pilihan dari pernikahan mengandung banyak konsekwensi yang harus diterima.
Konsekwensi pernikahan yang harus selalu di topang dengan uang untuk meneruskan bangunan kekeluargaan. Yang mana kualitas dari pernikahan, kekeluargaan, bahkan efek jangka panjangnya pada generasi yang dilahirkan. Selalu dengan topangan keuangan menjadi identitas kemuliaan generasi manusia kedepan.
Seperti apa yang aku ungkapkan pada kakaku sendiri yang lebaran ini berencana menemui pujaan hatinya lewat telepon. Sudah kenal satu tahun yang lalu. Baru kali ini mereka bertemu dan memiliki cita-cita menikah.
Aku nasehati begini. "Pernikahan dibawa jika dari diri sendiri tak mampu mengelola keuangan. Hidupnya hanya berpikir kesenangan dan makan. Tidak akan membawa apa-apa dalam pernikahan"
Singkatnya jika uang masih kurang. Diri sendiri saja belum sejahtera. Kerjaan dan tabungan dihitung belum sepadan dengan uang beban pernikahan. Rasa-rasanya akan berat menjalani pernikahan.
Dari menikah, lahiran anak, sekolah anak dan mencari pekerjaan serta memberi anak lading bisnis atau semacamnya. Apa yang diperlukan tidak jauh-jauh dari uang. Artinya tidak hanya pernikahan saja yang bertumpu pada uang. Untuk hidup diri sendiri saja akan selalu butuh uang dari kita lahir sampai tua nanti.