Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sri Mulyani 2045, Anak Muda, dan Orang Tua Miskin

2 Desember 2022   18:44 Diperbarui: 2 Desember 2022   22:52 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi dengan milenial kebanyakan yang saat ini cenderung punya penghasilan pas-pasan. Bukankah dengan penghasilan yang cukup saja untuk keluarga nasib menjadi tua miskin karena tak dapat pengahasilan di usia lanjut itu sangat mungkin, yang mana praktis usia lanjut produktivitas kerja berkurang?

Dengan mengandalkan anak nantinya mem-beck up kebutuhan hidup orang tua. Bukankah ketika anak sendiri hanya cukup hidup untuk dirinya tidak lebih. Membantu orang tua juga sesuatu yang terbatas dilakukan?

Belum jika mereka anak berkeluarga juga nantinya. Disamping kebutuhan keluarga sendiri, juga harus memenuhi kebutuhan hidup orang tua juga. Katakanlah sama-sama saling bergantung dan kurang antara anak dan orang tua. Bukankah itu dapat dikatakan miskin bersama-sama nantinya?

Kepastian Jadi Tua

Terus terang saya berterimakasih sebagai generasi muda, yang di ingatkan oleh Mentri Keuangan Sri Mulyani. Kata-katanya dari kekhawatiran tersebut adalah peringatan bagi generasi muda mempersiapkan diri untuk tidak menjadi tua dan miskin, yang seharunya sudah di mulai dari masa muda.

Anak muda sulit beli rumah bagi kalangan menengah-bawah seperti saya ini merupakan fakta. Saya serius, Sri Mulyani realistis melontarkan pernyataan itu tentang 2045 banyak orang tua miskin. Coba dibayangkan sulitnya beli rumah untuk milenial, bukankah itu tanda kemiskinan disaat muda?

"Masa tua sendiri adalah kepastian. Dan apapun kepastian itu, kebergantungan dengan sesuatu yang ada diluar diri sifatnya hanya membantu. Tetapi solusi untuk dapat keluar dari segala macamnya berbagai kemungkinan hidup seperti kemiskinan. Negara hanya mendorong tetapi yang dapat menjadi kunci untuk keluar bahkan selamat dari kemiskinan yaitu diri sendiri mengatur dan mengelola pendapatan".

Saat ini dimana semua penghasilan dari kerja serba pas-pasan. Kebutuhan hidup yang nilainya makin meningkat. Memang dibutuhkan kejelian dan keprihatinan yang penuh mensiasati bentuk hidup kita para anak muda.

Artinya menjadi muda. Mempersiapkan masa tua itu sangat penting untuk kemandirian manusia. Bolehlah mengaharap kebaikan Negara dengan kebijakan-kebijakannya, amal-amal dari orang lain. Tetapi jika Negara tidak mampu, orang lain juga sama-sama kurang, apakah mereka dapat membantu?

Tentu saja manusia bukan diciptakan hanya untuk mengharap saja untuk dibantu. Tetapi bertindak melakukan sesuatu. Mengusahakan hidupnya sendiri sebaik mungkin. Tetapi bagaimana di era paling kapitalis ini di Indonesia saat ini? Lagi-lagi menjadi cukup, bahkan kaya merupakan jalan realistis untuk dapat hidup secara mandiri sebagai manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun