Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kisah Inovasi Tani: Sejahtera dari Palawija dan Sayuran

4 Agustus 2022   19:24 Diperbarui: 5 Agustus 2022   04:40 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi petani pertama-tama harus sabar. Menanam gagal, coba lagi, dan terus menanam. Sebab suatu saat akan datang kesejahteraan bahwa setiap bentuk usaha tidak ada yang mengkhianati hasil termasuk menanam bagi petani.

Satu kata itu yang tidak pernah cukup itu adalah harapan, buaian akan kesejahteraan sendiri begitu memilaukan. Namun dengan harapan itu tidak akan mungkin dapat dijawab tanpa adanya usaha yang dilakukan.

Maka yang kemilau itu sebagai sebuah harapan, tanpa adanya kesadaran akan berinovasi membuat gerbang kesuksesan, mungkinkah dapat dengan mudah didapatkan oleh para petani?

Petani dan menanam kisahnya merupakan jejak sejarah, pembaharuan, dan kreativitas yang tumbuh dari petani itu sendiri tidak generasi tua atupun muda.

Untuk itu menanam sebagai jalan kesejahteraan bagi petani, apakah variasi tanaman, berinovasi pada kebutuhan bukan hanya tradisi menanam itu sendiri merupakan jalan kesejahteraan bagi petani?

Kisah Inovatif Sartim

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Seperti petani muda yang ada di Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap sebut saja salah satunya bernama Sartim (46), yang kini aktif sehari-hari sebagai petani.

Tidak ada jalan lain dirinya untuk melakukan hal lain dalam mencukupi perekonomian keluarganya selain menggarap tanah pertaniannya dari mertuanya.

Sartim sebagai petani, dia merupakan pioneer penggerak pertanian di Desa Karangrena, yang secara konsisten menanam berbagai variasi tanaman pertanian seperti jenis-jenis palawija di lahan perkebunan. Terbukti hasilnya tersebut dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

Menanam variasi tanaman pertanian untuk merajut asa kesejahteraan seperti telah menjadi harga mati yang harus dilakukannya demi eksis sebagai petani muda oleh Sartim dan kawan-kawan di organisasinya sebuah kelompok tani di desa.

Berbagi komoditas pertanian seperi cabai, terong, timun, sayur inul dicoba ditanam. Diharapkan dapat hasil yang sepadan oleh Sartim dan kelompok tani di organisasinya sebagai ganti tenaga dan menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.

Kini merajut asa dengan semangat mengoptimalisasi pertanian yang ada di Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap sebagai jalan hidup mencapai kesejahteraan dari inovasi pertaniannya menjadi titik balik dari usaha pertanian itu.

Sartim sebagai sosok pembaharu pertanian Desa Karangrena melupakan tanaman-tanaman mapan sebelumnya seperti jagung, kedelai, kacang tanah, 'padi' bila musim hujan tiba dan tanaman berbulan-bulan lainnya baru akan di panen.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Berbagai variasi tanaman sebagai jalan. Menurutnya itu adalah upaya dari efektivitas akan tanaman itu sendiri supaya ada panen yang berkelanjutan, dinikmati tidak harus menunggu waktu yang lama hasilnya dapat untuk menopang hidup sehari-hari.

Lamanya waktu panen jika jagung, padi, atau tanaman lain yang populer di desa dengan hasil yang minim panenannya, jika dikalkulasi lebih menguntungkan palawija dan sayuran.

Sartim bercerita bahwa menam timun, bisa setiap tiga hari sampai seminggu sekali "panen", begitu juga dengan komoditas sayuran lain yang sejenis.

"Timun bisa 3-8 kali panen satu bulan, ya lumayan hasilnya, setidaknya dalam satu bulan ada hasil 1-jutaan itu bisa jika tanamannya lagi bagus dilahan 70 M2," kata Sartim saat ditemui di Karangrena (04/08)

Maka menanam palawija sendiri menurutnya sebenarnya sangat menguntungkan, yang terpenting adalah tekun dan memahami teknik penanaman serta perawatannya, dan yang terpenting kebutuhan air terpenuhi.

Desa Karangrena sendiri dengan letak geografisnya yang datar, mudah sekali dan tidak terlalu dalam mengebor sumur untuk mendapatkan sumber air.

Kalkulasi antara kebutuhan penanaman sendiri seperti yang dijalankan oleh Sartim, dalam menyiram tanamannya dengan mesin penyedot. 

Satu liter bensin itu dapat untuk menyiram tanamannya selama kurang lebih satu dua minggu sampai satu bulanan. Artinya untuk kebutuhan operasionalnya sendiri tidak terlalu tinggi.

Tanam Paliwija dan Sayuran

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Memang kembali menanam palawija, sayuran, dan sebagainya harus tekun dan dilakukan perawatannya secara berkelanjutan.

Tujuannya untuk dapat mengoptimalkan hasilnya baik pupuk yang harus terus di berikan ke tanaman, serta perawatan lain seperti semprot hama dan sebagainya itu harus rutin dilakukan.

Sartim juga menghimbau bahwa tidak selalu tanaman yang ditanam berhasil, kadang kala juga kualitasnya rendah akibat cuaca dan lain sebagainya sebagai pengaruh yang mungkin bisa berakibat tanamannya sendiri bisa gagal panen.

Dirinya bercerita tanaman yang ditanamnya pada saat yang lalu, yaitu komoditas cabai. Tidak dipungkiri Sartim juga sedikit mengalami kegagalan, banyak cabai yang dimakan hama, artinya cabainya kering tidak dapat dijual.

"Tanaman kemarin cabe kering dimakan hama, tapi alhamdulillahnya masih panen dan ya sedikit-sedikit menikmati hasil, hitung-hitung untuk ongkos tenaga dan pupuk. Ya itu kembali, jadi petani harus sabar, gagal coba lagi, coba lagi. Yang harus dipahami juga belajar dari pengalaman kenapa itu gagal," ujar Sartim.

Menurut Sartim tanpa petani tahu teknik dan tekun dalam menanam apapun tanamannya. Tidak akan petani tersebut dapat berjalan menuju kesejahteraan sebagai petani.

Selama ini dirinya banyak belajar dari petani lain, secara otodidak pula mencoba dan mencoba menanam apapun. Karena dia tahu masa depan diri dan keluarganya ada di setiap sesuatu yang ditanamnya.

Ibaratnya hidup dari lahan pertanian adalah jalan hidup yang harus terus dilakukannya. Dia sendiri sudah pasrah dan yakin atas apa yang digariskan sang kuasa bahwa pertanian adalah masa depannya.

Sartim bercerita pernah menjadi pedagang, ke satu kota terus ke kota lainnya menjajal dagangan. Akan tetapi dengan lamanya profesi itu dilakukan dan ingin merintis usaha terpatok di desa. Menjadi petani dan terjun menanam dalam hal pertanian itu yang bisa dilakukan.

Tidak banyak harapannya, yang terpenting tercukupi semua kebutuhan keluarga. Dapat mencukupi kebutuhan sekolah anak. Dirinya juga ingin anak-anaknya tidak kalah dengan yang lain, dapat disekolahkannya sampai jenjang yang lebih tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun