Menanam variasi tanaman pertanian untuk merajut asa kesejahteraan seperti telah menjadi harga mati yang harus dilakukannya demi eksis sebagai petani muda oleh Sartim dan kawan-kawan di organisasinya sebuah kelompok tani di desa.
Berbagi komoditas pertanian seperi cabai, terong, timun, sayur inul dicoba ditanam. Diharapkan dapat hasil yang sepadan oleh Sartim dan kelompok tani di organisasinya sebagai ganti tenaga dan menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.
Kini merajut asa dengan semangat mengoptimalisasi pertanian yang ada di Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap sebagai jalan hidup mencapai kesejahteraan dari inovasi pertaniannya menjadi titik balik dari usaha pertanian itu.
Sartim sebagai sosok pembaharu pertanian Desa Karangrena melupakan tanaman-tanaman mapan sebelumnya seperti jagung, kedelai, kacang tanah, 'padi' bila musim hujan tiba dan tanaman berbulan-bulan lainnya baru akan di panen.
Berbagai variasi tanaman sebagai jalan. Menurutnya itu adalah upaya dari efektivitas akan tanaman itu sendiri supaya ada panen yang berkelanjutan, dinikmati tidak harus menunggu waktu yang lama hasilnya dapat untuk menopang hidup sehari-hari.
Lamanya waktu panen jika jagung, padi, atau tanaman lain yang populer di desa dengan hasil yang minim panenannya, jika dikalkulasi lebih menguntungkan palawija dan sayuran.
Sartim bercerita bahwa menam timun, bisa setiap tiga hari sampai seminggu sekali "panen", begitu juga dengan komoditas sayuran lain yang sejenis.
"Timun bisa 3-8 kali panen satu bulan, ya lumayan hasilnya, setidaknya dalam satu bulan ada hasil 1-jutaan itu bisa jika tanamannya lagi bagus dilahan 70 M2," kata Sartim saat ditemui di Karangrena (04/08)
Maka menanam palawija sendiri menurutnya sebenarnya sangat menguntungkan, yang terpenting adalah tekun dan memahami teknik penanaman serta perawatannya, dan yang terpenting kebutuhan air terpenuhi.
Desa Karangrena sendiri dengan letak geografisnya yang datar, mudah sekali dan tidak terlalu dalam mengebor sumur untuk mendapatkan sumber air.