Tetapi tahukah kamu ketika semua khayal dan diriku ini tidak diterjemahkan dalam tulisan? Itu sesuatu yang berbeda. Aku seperti hantu-hantu yang bergentayangan siang dan malam, mencoba untuk terekam namun, tetap; tanpa mereflesikan diri dengan tulisan, aku seperti dalam alam baka ketiadaan melampaui apa yang disebut dengan hantu itu yang sedang berkeliaran mencari penghidupan.
Aku garuk terus rambut dalam harapanku yang semakin akan menjadi kesia-siaan. Tidak mudah memang dalam menjadi manusia bercerita dengan tenangnya dibalik lamunannya sendiri. Bunga-bunga, apakah kau dapat mendengar, bagaiamana aku ingin terus melukiskan hari ini untuk sementara waktu? Tidakkah engkau juga harus terus dirangkai seperti kali ini aku terobsesi dengan bagaimana Jawa dengan kebudayaannya yang indah, numun tidak seindah realitas menjadi manusia?
Lagi, aku ingin memeluk dunia-ku dengan begitu erat yang hampa dan kering teronta, tanpa tahu hidupku ini untuk apa? Tergiring, giringlah aku pada penerimaan diriku sendiri, menjadi tanpa aku harus mengemis diri untuk diakui. Wajahnya, akan aku lukis seperti kepang dalam rambut yang dibangun dari batang-batang daun singkong diplataran rumah. Kita akan bahagia jikalau kita menemukan rumah itu didalam diri kita sendiri tanpa membakarnya.
Setiap gambaran kebahagiaan yang tentunya lahir dari dalam diri kita sendiri. Itu tidak hanya akan patut untuk dikejar, tetapi dengan berbagai kebahagiaan yang ada, akankah aku akan menemukan orang itu disana? Ya, disana ditempat yang sama sekali tidak membuat aku bahagia? Wajahnya, seperti bidadari yang mengantung itu, oh, aku gila seperti tergila-gila karena obsesiku sendiri.
Kini semuanya memang akan terlihat jelas, gambaran dari dunia-duniaku yang tidak pernah tersebut itu. Angin yang membelaiku siang ini, terkesan bahwa; indahnya hari akan menjumput dunia-ku besok, sepertinya aku juga harus mencari jawaban, dan sandaran-sandaran sebagai jawaban itu, mungkin aku akan mencarinya sedari sekarang.
Dan pahamilah aku sebagai yang ingin kamu ketahui, tentang mimpi-mimpi itu, yang telah menjadi sandaranku kini, mebelenggu saat manusia tunbuh dewasa dengan berbagai sikapnya. Namun kehidupan seperti hanya akan membuahkan gantungan-gantungan yang sepadan. Manusia terus akan menciptakan gantungan pada obyek pikirannya sendiri.
Orang bergantung untuk tenang, ia menenangkan diri untuk sesuatu yang tidak diketahuinya. Para manusia, ibarat lengah dalam mencari jawaban, tetap tentang jawaban itu, terkadang menggurau akan lebih baik kejadianya, tetapi sudahlah, pemikir hal yang berat-berat memang cocoknya sebagai pemikir berat!
Berpikir dan terus berpikir, sepertinya aku sudah menjadi manusia yang kelebihan berpikir. Namun yang tidak akan terbagi pada akahirnya, apakah kebiasaan berpikir ini tidak akan menjadi candu? Mungkinkah berpikir ini tidak akan pernah mati? Ungkaplah dalam kediaman, aku seperti mereka saja yang merekam lewat berbagai media. Sepertinya aku terus berpikir dan akan semakin berpikir.
Tetapi dalam aktivitas berpikir itu, mungkinkah ini tidak akan menjadi kegilaan dari berpikir? Mungkinkah menjadi benar adanya bahwa; berpikir adalah obyek dari obsesi itu? inilah kerancuan terhadap hal yang paling rancu ingin manusia ucapkan. Aku memang sedang berkata-kata dengan pikiran, bahkan rasaku sendiri yang terekam.
Melambat, aku ingin waktu ini melambat agar dia tenang bersama lamunannya sendiri. Tidak lagi akan tergambar jelas, wanita itu yang ada dalam mimpiku, akulah dia yang selalu bertanya? Apakah mimpi adalah gamabaran dari para manusia bedebah yang putus asa? Dimana ia bukan saja mencari tenang dalam hidupnya sendiri? Tetapi justru malah mencari obsesi untuk selalu berpikir dengan obyek yang menganggunya seperti kekaguman pada wanita?
Bergantung, memang dibutuhkan sesuatu obyek mengantungkan diri untuk pikiran manusia. Tentu disini mereka: "manusia" butuh gantungan dalam hidup untuk sesuatu yang tidak mereka ketahui. Tentang berbagai misteri didalam hidup manusia, akankah ia merapuh seperti bayangan imajinasi yang terkadang untuk sesuai dengan realitas ada kalanya sangat sulit? Wanita, cinta dan obsesi ada kalanya perlu untuk dibunuh. Namuan dengan gairah berpikir, apakah pantas dan layak terbunuh sebagai sebuah narasi yang dipertanykan itu? aku kira tidak akan semudah itu, berpikir juga sisi lain dari sebuah seni.