Melihat bagaimana perjuangan akan perbuatan baik yang lahir dari karakter seorang manusia para Pengasuh Pantai Asuhan Manarul Mabrur di Semarang Jawa Tengah. Menjadi catatan khusus saya bahwa bentuk sebuah kelahiran anak manusia itu ditentukan sebenarnya dari pola bagaimana orang itu berprilaku.
"Anak yang tidak tahu apa-apa, tidak minta dilahirkan, harus menanggung beban diri. Terlebih jika mereka terlahir dari orang yang tidak punya apa-apa, bahkan orang tuanya sendiri pun tidak mengurus dan mengakui keberadaannya, itu sesuatu dari hidup yang pasti akan sangat sulit dijalani".
Melihat kisah di dalam Pantai Asuhan Manarul Mabrur yang saya tonton melalui kanal Youtube Narasi TV yang publish pada  Jun 18, 2022 bagi saya sangat pilu dan meyayat hati. Bagaimana tidak jika kita adalah orang dari salah satu anak yang terlantar itu atau sengaja di telantarkan oleh orang tuanya.
Dititipkan di pantai asuhan tersebut yang identitas orang tunya tidak jelas, tidak ada jaminan kedepan kita hidup akan seperti apa ditengah tantangan hidup hari ini yang semakin berat.
Saya kira ini harus menjadi refleksi penting kita yang masih punya orang tua bertanggung jawab, mengurusi hidup kita, dan masih terus memfasilitasi pertumbuhan kita sampai dewasa.
Lebih beruntung lagi ketika dewasa pun, masih ditinggali warisan harta keluarga yang sangat berarti bagi bekal hidup kita kedepan. Itu adalah suatu kenikmatan hidup, nasib yang mungkin belum semua anak yang dilahirkan di dunia ini merasakan hal demikain. Â Â
Tentu perspektif ini bukan menyalahkan orang-orang yang sudah terlanjur, sudah kadung dan sudah terjadi demikian adanya. Hamil diluar nikah dan salah satu orang tua mereka tidak mau bertanggung jawab atas itu adalah ironi social, fakta social, yang terjadi karena ketidaktahuan dan kesadaran yang rendah bahwa ego dan nafsu diri ditempatkan lebih tinggi dari nalar rasional oleh manusia.
Masih tentang anak-anak yang tidak siap untuk dilahirkan karena kecelakaan orang tua tadi. Beruntung jika keluarga masih dapat menerima, setidaknya anak yang belum siap dilahirkan itu dapat ditanggung keluarga mereka sendiri.
Hal tentang anak yang lahir belum disiapkan orang tua karena kecelakaaan sudah menjadi hal yang lumrah dewasa ini itu tidak dapat saya tampik lagi. Di tempat saya tinggal di sekitaran Kabupaten Cilacap saja terhitung tetangga baik yang dekat maupun yang sedkit jauh yang saya ketahui.
Setidaknya ada 3-4 anak yang terlahir demikain, hamil duluan formalitas dinikahkan kemudian orang tua salah satunya tidak mempertanggungjawabkan, banyak dari mereka setelah pernikahan itu kabur tak tau dimana rimbanya.
Pasti yang terjadi, keluarga merekalah yang mengasuh sampai mereka besar. Salah satu orang tua mereka kerja untuk biaya anak. Jika dibanyak pihak yang terjadi diantara kasus seperti ini justru keluarga perempun dan perempuan itu sendiri yang bersangkutan justru yang bekerja keras dan dilimpahkan pengasuhan anak.
Maka dari itu menjadi perempuan justru lebih rentan pada resiko-resiko demikian. Harus mampu menjaga pergaulan yang akan menimbulkan konsekwensi yang salah dan merugikan diri sendiri.
Dipihak lain menjadi laki-laki pun, nalar rasional akan resiko kelahiran anak dengan tidak se-enak nafsunya sendiri yang dapat berkibat mengahamili perempuan dengan pergaulan yang salah pun harus disadari.
Memang benar apa yang disampaikan di dalam mimbar agama, moralitas dan kebajikan-kebajikan itu. Zina itu dosa besar ketika buah dari zina itu seorang anak lahir tidak dapat hak yang seharusnya dilakukan orang tuanya yakni pengasuhan.
Serta kebutuhan lahir bagi sang anak membuat anak terlunta-lunta dengan nasib mereka sendiri, dimana seorang anak tidak minta diahirkan sebelumnya harus menanggung konsekwesi besar nantinya menujang mereka hidup. Â
Tetapi dengan keluarga yang mungkin sama-sama tidak punya, bagaimanakah masa depan mereka, bahkan hidup jangka pendek yang akan mereka rasakan?
Seperti yang sudah banyak terjadi jika mereka yang menjalani kisah kecelakaan "hamil duluan" sama-sama miskin, keluarga tidak mengakui, tidak siap, orang tua membuang bayinya menjadi hal yang sering terjadi.
Cerita dari pengasuh Pantai Asuhan Manarul Mabrur Rois Bawono Hadi, (56) yang tidak mau melihat anak-anak lahir terlantar dari orang tua yang kecelakaan hami duluan dan pihak orang tua belum siap dan keluarga juga tidak menghendaki hal tersebut tergerak untuk menyelamatkan masa depan mereka atas nama kemanusiaan.
Bahkan Rois bercerita, ada orang tua baik dari pihak perempuan dan laki-laki tunawisma, hidup dari tempat tinggal ini ketempat tinggal itu di emperan toko dan sebagainya. Meminta dirinya untuk mengasuh, tetapi bagaimana jika orang tua begitu?
Rois atas mana kemanusiaan dan masa depan anak-anak tergerak untuk menyelamatkan generasi anak-anak nusantara. Rois percaya moral manusia Indonesia pada dasarnya punya karatker baik.
Untuk itu dirinya berharap anak-anak yang diasuhnya menjadi anak dengan karakter baik meski dari orang tua mana mereka berasal tidak tahu tetapi cita-cita yang ditanamkan pada karkter si anak dapat menjadikan mereka orang-orang baik dalam kehidupan menjalani kehidupannya kelak dengan karakter manusia yang kuat.
Kemandirian menjadi elemen penting di panti Asuhan Manarul Mabrur. Rois tidak ingin anak-anak asuhnya mengharapkan belas kasih dari seseorang. Sebagai contoh, anak-anak dibiasakan mencuci sendiri pakaian mereka karena keterbatasan tenaga pengasuh di panti ini.
Selain kemandirian di rumah, anak asuh pun diajarkan berbagai macam keterampilan yang bisa berguna bagi hidup mereka. Bahkan, Rois menambahkan, banyak orang-orang baik di sekitar Semarang yang kemudian tergerak untuk berkunjung menawarkan pelatihan kemampuan dasar bekerja. Anak-anak yang lebih besar di panti itu bahkan menguasai beragam keterampilan teknis seperti bartender, barista, sablon, mesin, las, dan mengukir relief.
Rois sendiri juga melarang pihak luar yang ingin mengadopsi anak-anak tersebut yang berada di panti itu. Menurutnya para orang tua itu menitipkan dan akan mengambil kembali anaknya. Itu amanah yang harus dirinya jaga.
 Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H