Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Manusia dan Obyek Keuntungan

15 Juli 2022   19:58 Diperbarui: 20 Juli 2022   18:52 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat rambutnya dari belakang. Mengikuti cara bagaimana dia menunjukan langkah kakinya sendiri membelakanguku. Benar itu sesuatu dan akan menjadi sesuatu. Tergores dalam luka, menyayat bagaimana nasib dan takdir.

Mimpi-mimpi itu yang dianggap orang sebagai kemurahan. Mungkinkah akan berulang sebagaimana kilauan emas yang tumbuh di dalam tanah orang-orang yang tidak bertuan? Ketika gambaran bidadari itu lewat emas adalah hiasan terbaik dari dirinya?

Matanya yang binar, hidungnya sedikit mancung. Sengaja aku memilih untuk diam, untuk mengenalinya, dalam diam. Terus berpikir tentangnnya akan setiap dari obyek-obyek yang ingin aku eksplorasi dengan gairah berpikirku yang berlebihan itu.

Mengapa berpikir seperti menjadi candu. Apakah sesorang yang menenangkan pikiran, juga sebaliknya akan menenangkan hati yang rapuh itu seperti besi yang terkena korosi di pinggiran laut yang indah itu?

Rayuan yang gelap dalam diam itu muncul. Sudahlah, hargailah semua ketentuan itu bahwa aturan yang tidak diatur, itu bisa menjadi suatu keyakinan yang tidak tertulis. Sungguh kelemahan di dalam rasa, tidakkah harus aku curahkan semua mimpi-mimpi itu dalam cerita cinta walau tidak, dengan atau bersamamu juga?

Aku rasa ini akan menjadi mendung lagi. Karena langit-langit dan cuaca itu, menari didalam udara panas siang dan malam-malamnya. Aku tidak sedang terkesan dan aku kapok terkesan pada seseorang. Kenyataannya kita adalah pilihan yang jika dipilih itu; "kita dapat menjadikan hidup mereka itu lebih baik".

Sangat sedikit orang-orang yang berpikir bahwa tatanan akan berpasangan dalam hidup itu mengandalkan usaha-usaha yang exstra. Sekali lagi tidak ada orang bodoh. Tidak ada orang yang mau hidup susah. Hanya orang-orang sinting yang tidak mau mengakui itu. Nyatanya sebenarnya orang tidak ada yang mau untuk hidup bersusah-susah.

Maka jadikanlah ini sebagai sebab, ia akan berlari tanpa ia mengerti sendiri. Ungkapan dalam menjadi adalah jawaban dari manusia yang harus mengerti dirinya sendiri. Yang nyatanya teman hidup yang langgeng, fatner maupun sahabat sekalipun itu dengan diri sendiri.

Tentang masa lalu itu. Jadikanlah ia masa sekarang yang ingin terbuai dengan gemerlamnya malam. Moderintas dalam menjadi, impian yang terasa makin sempit dihadapan dengan uang dan keberlimpahan.

Saat ini anak jendral bisa menjadi jendral dan anak tukang sampah paling mentok menjadi tukang sampah juga. Tidak dapat ditukar dan tidak bisa dipertukarkan. Alasannya tidak banyak, hanya saja uang bicara pada jalur minimal ambang batas yang ditentukan.

Aku ingin hidup tetap diantara dunia yang ada, dalam ide ataupun dalam realita yang mengundang kegelapan. Iya, memang tawaran hidup itu teka-teki itu. Semua serba terkesan tanpa tau-tanpa mengerti.

Efektifitas hidup itu memang nyaring, tidak senyaring siang-malam yang banyak orang mencari uang untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Gaya hidup seperti telah menjadi ideology, frugal living, minimalism dan hedonis sekalipun itu hanya bunyi. Akan tetapi orang-orang menjalani hidup itu "menjalani apa" yang mungkin, apa yang cocok dan apa yang dipikir itulah yang terbaik.

Sepertinya memang benar. Kebenaran sebagai manusia adalah obsesi yang manusia akan kejar sendiri. Maka hiduplah dimasa kini, dimana akan terjadi lamunan rayuan kehidupan, yang tiada sempat akan terlalui oleh diri kita sendiri.

Terbagi untuk membagi di dalam kegelapan yang terekam. Tidaklah ini untuk sesuatu yang menggalaukan? Inilah yang tidak akan pernah terekam. Hidup manusia, adakalanya memang ia harus diam dalam kesendirian, tanpa obsesi dan tanpa tangisan dalam memandang harapan akan keuntungan hidupnya sendiri.

Benar ada kalanya hidup ketiban sengsara, akan ada masa dimana ada balita pasti akan ada manula. Tua, sakit, dan mati adalah realita hidup yang membuat terang, membuat bahwa hidup memang masa, demi masa, dan demikian seharusnya kita dapat begelut dengan masa-masa kita.

Apa yang terminta seperti apa yang akan terkorbankan. Lagi-lagi disini dalam memandang suatu kediaman. Inilah kerapuhan dalam memandang rasa itu sendiri?

Seperti tergulung dalam obyek nyata dari kehidupan, ia tidak hanya akan merekam tetapi direkam oleh pikiran yang akan membuatnya jalang dalam penderitaan. Dan dirinya adalah obyektivikasi derita-derita, yang harus dirasakan sebagai manusia.

Manusia dan obyek penderitaan. Mungkin disini merupakan sebuah kaitan dimana obsesi merupakan gambaran bagaimana menjadi manusia yang manusia. Merapuh, seperti ungkapan tadi dalam wajahnya, aku ingat betul, betapa salah tingakhnya diriku karena obyek kekagumanku padanya.

Namun tidak pernah terbayang, senyum itu. Apakah kekaguman akan menjadi indah dalam cinta? Kegelapan yang meradang, coba tanyakanlah pada dirinya saja apakah ide-idenya itu dapat selaras dengan apa yang mungkin menjadi kegelisahan-kegelisahanku?

Bagimana menjadi manusia paling menarik dari seluruh manusia? Untuk supaya aku dijadikan gantungan hidupnya, yang kita akan menciptakan para manusia unggul yang masih tertahan disana seperti apa yang diucapkan oleh Friedrich Nietzche filsuf sekaligus penyair besar "ikutilah bintangmu sendiri".

Wajahmu yang syahdu. Jadikalah kau ini milikku, bagian dari setiap obyek-obyek hidupku. Rasanya tanpa menderita, manusia-manusia itu belum tentu akan merasakan hidupnya, yang jelas, tergambar, dan selalu menuntut kesadaran dalam perbaikan-perbaikannya.

Ya, hiduplah selagi dapat menderita dan bangunlah obsesimu setinggi-tingginya tanpa kau mempertanyakan lagi, "itu untuk apa"? Manusia mahkluk yang paling absurd itu, tenanglah bersama dirimu sendiri.

Tak akan aku ucapkan, tak akan aku memohon, dan tak akan aku mencari seuatu yang membuat derita tanpa sadar kau dan aku adalah penderitaan itu bukan keuntungan apa-apa yang dapat kau takar dengan ide dan imajinasimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun