Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kiprah Politik NU untuk Indonesia

3 Juli 2022   01:50 Diperbarui: 3 Juli 2022   01:51 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tentang NU atau Nahdlatul 'Ulama  berarti juga berbicara tentang Indonesia. Bukan apa, peran NU atas berdirinya Indonesia tidak lepas dari sejarah NU itu sendiri. Bagaimana NU dalam sejarahnya telah berkontribusi besar turut membangun dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sejarah monumental pergerakan NU yang berkontribusi besar pada tetap kokoh berdirinya Indonesia sampai saat ini yakni mampunya NU mengorganisir para santrinya di pondok pesantren masuk dalam wadah Laskar Hisbullah-Sabililah.

KH. Hasyim Asy'ari yang juga kakek dari presiden ke-4 Indonesia yaitu Abdulrahman Wahid alias Gus Dur yang saat itu menjadi pendiri dan pemimpin tertinggi NU mendengungkan maklumat "Resolusi Jihad", dimana dirinya mengatakan bahwa mempertahnakan tanah air juga merupakan bagian dari iman.

Laskar Hisbullah-Sabililah digunakan sebagai pasukan semi militer melawan tentara sekutu yang diboncengi tentara Belanda pasca menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diploklamirkan Bung Karno pada 17 Agustus 1945 saat terjadi kekosongan kekuasaan.

Puncak kontribusi besar Laskar Hisbullah-Sabililah pada indonesia yang masih membekas rapi sebagai catatan sejarah sampai saat ini yakni andilnya "Laskar Hisbullah-Sabililah" dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, yang saat itu menjadi kunci sekutu akan mengambil alih kekuasaan di Indonesia pasca menyerahnya Jepang.

Perjuangan Laskar Hisbullah-Sabililah 

Pada saat Indonesia dibentuk dan diploklamirkan oleh Bung Karno, saat itu Indonesia belum mempunyai tentara. Laskar Hisbullah-Sabililah dan banyak kelompok pemuda lainnya seperti PETA atau PembelaTanah Air merupakan kelompok-kelompok yang dibentuk oleh Jepang sebagai pertahanan kedua dari kalangan sipil yang saat itu tujuannya untuk membantu pemerintah Jepang mengekspansi kekuasaan diwilayah Asia Timur Raya.

Tetapi oleh K.H Hasyim Asy'ari, Laskar Hisbullah-Sabililah tidak diperkenankan untuk berperang di luar tanah air melainkan untuk pertahanan didalam negri, yang nantinya ketika pemuda sudah dilatih pendidikan militer akan lebih memudahkan jalan untuk mencapai kemerdekaan dengan kekuatan rakyat.

Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia dan saat itu membentuk RIS (Republik Indonesia Serikat) pada tanggal 27 Desember 1949. Laskar Hisbullah-Sabililah dan juga organisasi pemuda semi militer lain merupakan angkatan pertahanan yang menjadi tumpuan Indonesia.

Maka ketika Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan pada 17 Agustus 1950 dan digantikan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tentara Nasional Indonesia atau TNI yang juga dibentuk anggotanya banyak merekrut pasukan-pasukan perang pada jaman Jepang termasuk Laskar Hisbullah-Sabililah.

Saat itu oleh Jendral Soedirman, Panglima tertinggi Laskar Hisbullah-Sabililah yakni Zainul Arifin diangkat sebagai perwira TNI dengan Jabatan Mayor. Namun saat terjadi rasionalisasi ditubuh TNI, dimana anggota TNI harus mempunyai Ijazah dan banyak kalangan santri pesantren tidak memiliki itu.

Banyak mantan Laskar Hisbullah-Sabililah yang keluar dan kembali ke pesantren tidak bergabung dengan TNI. Praktis dengan banyak anggotanya yang keluar dari tubuh TNI, Zainul Arifin juga memilih keluar dari TNI dan aktif sebagai politisi mewakili Partai NU di parlemen pada masa itu.

NU Didalam Sekaligus Diluar Pemerintah

Sebagai organisasi islam yang langsung dimotori oleh para ulama. NU ormas sekaligus kumpulan-kumpulan dari para ulama yang kiprahnya sangat besar bagi pembangunan masyarakat Indonesia melalui islam memang tidak dapat diremehkan sebagai kekuatan yang kecil dalam peran membangun Negara.

NU pada masa pemilihan umum tahun 1955 merupakan partai poltik terbesar ketiga setelah Masyumi dan PNI. Setelah kebijakan pemerintah orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto merampingkan partai politik. NU kembali pada peran organisasi islam yang berdiri sendiri tanpa embel-embel politik didalamnya meski banyak orang NU tetap berpolitik dengan bergabung dengan partai islam saat itu yakni PPP atau Partai Persatuan Pembangunan.

Maka setelah orde baru runtuh dan kran demokrasi semakin dibuka pasca reformasi 1998. Gus Dur membuat PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) sebagai partai politik yang mengakomodasi suara-suara warga NU, supaya dapat terlibat di jalanya roda pemerintahan yang demokratis di Indonesia sejalan dengan perjuangan NU.

Untuk itu kembali pada resolusi jihad saat ini, dimana jaman perjuangan melawan penjajahan sudah berlalu dan peran NU sangat besar bagi indonesa. Bagiamanakah resolusi jihad NU kini dimasa Indonesia yang harus berjuang mensejahterakan rakyatnya pasca kemerdekaan?

Tentu NU harus berjuang untuk tetap terlibat dalam politik, dimana PKB sendiri sebagai partai politik represntasi dari warga NU. Supaya dalam berpolitik itu, NU dapat terlibat dalam membuat kebijakan-kebijakan Negara yang mengacu pada garis ideologi NU yakni menjadi islam moderat yang menjujung tinggi kebinekaan masyarakat indonesia.

Selain itu NU sebagai organisasi masyarakat berbasis keagamaan harus terus berperan aktif dalam social kemasyarakatan, pendidikan, dan ekonomi untuk memajukan dan membangun Negara melalui organisasi masyarakat.

Dengan NU berpolitik, disisi lain aktif dalam bidang-bidang social keagamaan. Disitu NU turut hadir menjadi semi Negara yang berlandaskan organisasi masyarakat dengan segmentasi tidak hanya warga NU saja tetapi juga masyarakat secara umum yang belum terfasilitasi oleh Negara baik dalam hal kesejahteraan, pendidikan, maupun ekonomi yang harus dijalanakan oleh NU sebagai ormas.

Tetapi NU yang juga masuk dalam politik tetap harus kritis, apakah Negara Indonesia memang belum mampu dan membutuhkan NU dalam mengelola masyaraktanya, ataukah ada salah kelola dari pemangku kepentingan dalam pemerintahan yang tidak sesuai dengan konstitusi?

Itulah pekerjaaan rumah NU sebagai "Resolusi Jihad" pasca kemerdekaan seperti saat ini. Dimana berjuang bukan lagi dengan melawan penjajah tetapi membangun masyarakat untuk sejahtera dan berbudaya tinggi mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun