Selayaknya orang yang mencoba ingin memahami kehidupan lika-liku dan seluk beluknya. Bagi saya dengan latar berpikir "ndeso" ini. Orang desa terbagi atas dua preferensi berpikir. Pertama adalah orang yang diam-diam mampu dan orang yang mampu tidak diam.
Diam-diam mampu artinya, orang yang mampu di desa tidak semuanya menunjukan kemampuannya. Tidak semua konsumtif ikut trend dengan membeli ini itu untuk kemewahan yang juga artinya seseorang yang mampu "tidak diam" berarti memamerkan apa yang mereka beli meskipun ada yang eli melalui hutang maupun kredit.
Tetapi menjadi mampu "tidak diam" dihadapkan resiko yang besar, yang mana jika tidak terkontrol konsumerismenya akan menimbulkan sebuah kebangkrutan. Lebih besar pasak dari pada tiang atau "lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan". Â
Maka tentang kesuksesan, bahasanya imajinernya begini; "apakah akan optimis sukses besar ketika berpikir akan sukses itu lebih dapat terjadi dari pada bergerak menuju kesuksesan itu? Saya yakin tentu tidak, sukses harus bergerak"
Ya pergerakan pun itu mengukur dari mana kita berasal, mulai dari mana untuk sukses. Maka dari itu pesimis sukses seperti orang lain itu sangat dibutuhkan sebagai wacana berpikir itu sendiri bagi kita menafsirkan kesuksesan.
Satu dari banyak manusia disana. Mereka bisa sukses dengan kedudukannya masing-masing berasal dan bermula dari mana. Untuk itu sukses bagi saya bisa bertahan hidup, punya rumah kecil-kecilan untuk keluarga saya kelak dan bisa menaikan taraf hidup keluarga saya lebih baik dari saya, itu kesuksesan saya yang sebenar-benarnya.
Tidak harus punya mobil mewah, liburannya keluar negari, dan mampu membeli harga rumahnya bermilyar-milyar. Dalam hal kesuksesan yang demikian saya pesimis menjadi "sukses".