Di era demokrasi kini yang terfasilitasi media dan teknologi sebagai ajang dari mereka berekspresi, belajar, dan mengikuti tren zaman yang semakin memberi pengetahuan beragam.
Saat ini meruapakan era, di mana peranan penting diri ikut terlibat dalam perbuahan social yang lebih luas tanpa ada embel-embel atas nama formalitas.
Karena bagaimana pun latar belakang itu tumbuh dipandang sebagai sebuah kewajaran atau pakar dalam bidangnya.
Era media dan tekonolgi membuat kepakaran sebagai sesuatu yang dapat dikatakan "samar" melalui terbukanya peranan setiap diri manusia dalam mengekspresikan dirinya melalui media lewat pemikiran dan karya-karyanya.
Sebab itu tentang "kepakaran", saat ini mulai banyak berganti wajah dan semua orang dapat menjadikan wajahnya sendiri seperti apa tergantung pada minat yang ingin digelutinya; menjadi suatu kekuatan intelektual yang dapat ditawarkan kepada publik.
Namun sebagai sebuah jalan dalam mengaktulisasi diri manusia diera media dan teknologi yang semakin memfasilitasi diri manusia untuk terus terlibat aktif di dalam peran-peran social.
Kata "formal", kenyataannya yang sebelumnya di pandang sebagai sesuatu yang mapan, kini telah terkikis pada peranan social manusia yang lebih spesifik, tergantung pada minat individu mengisi bidang-bidang tertentu yang dapat menjadi rujukan public untuk mengerakan suatu perubahan.
Semua individu di era majunya teknologi terlibat layaknya semua orang dapat mempunyai medianya sendiri untuk berkarya, berekspresi, dan berpandangan dengan cara yang sama pada dunia guna mengeksplorasi berbagai kesempatan diri dengan pengetahuan yang dipelajari secara mandiri lewan konten-konten tekonologi seperti internet.
Intelektual yang Selektif
Maka melihat bagaimana dinamika social yang terus berubah pada peluang ikut sertanya diri setiap manusia yang terbuka lebar. Dimana kini keadaan politik, social, dan ekonomi, maupun budaya masyarakat di era media yang semakin maju.
Keberadaannya yang beragam dengan keterlibatan aktif setiap individu menjadi factor terbukanya wajah intelektual public, sebuah "post" baru mendukung peradaban manusia era teknologi yang lebih selektif berdasarkan minat dalam bidang-bidangnya.
Dengan istilah intelektual yang semakin luas peranannya menjadi intelektual public yang koprehensif. Mungkinkah "media" khusunya media social dan peran media lain, yang telah mendukung eksistensi, bagaimana wajah intelektual public semakin baru dan dapat terus diperbaharui oleh manusia mutakhir?
Menimbang peran social memang tidak lepas dari bagaimana manusia itu eksis dalam kebudayaan. Budaya ada ketika manusia itu berada, dalam artian manusia itu sendirilah yang membuat suatu budaya sehingga peran-peran intelektualitas dalam kebudayaan menjadi sangat dominan sebaga
Untuk itu, di mana pengetahuan menjalar pada ruang-ruang internet kini. Bagaimana kemampuan manusia belajar semakin di lekatkan pada sumber data yang lengkap, baik kajian politik, kebudayaan, filsafat, hingga keberagamaan manusia itu disandingkan secara dekat dan terbuka.
Inilah dasar dari perubahan wajah intelektual public yang tidak dapat lagi di sandarkan pada formalitas yang kaku dan identic melahirkan seorang intelektulis seperti sekolah, bidang-bidang kursus kelimuan, maupun bangunan-banguan ruang dari pondok-pondok pembelajaran yang formal diakui.
Di abad ke-21, ruang internet yang dominan telah merubah ruang public itu menjadi sebuah bagian dari kompetisi yang sehat antar manusia, yang didasarkan pada sisi kemampuan serta keseriusan dalam belajar bidang tertentu meski hanya berbekal teknologi yang sudah mapan seperti pengetahuan di dalam teknologi internet.
Tidak salah ketika banyak penggiat-penggiat media social kini menjadi wajah baru intelektual public. Banyak dari mereka berbicara agama, politik, ekonomi dan masalah-masalah social yang terjadi dibungkus dalam wadah kebudayaan.
Tidak sedikit pula mereka berbicara teknologi yang perannya akan terus dikembangkan pada kemajuan zaman sebagai upaya merawat kemajuan sains.
Bergantinya Wajah Sosial
Maka dari itu dengan peran-peran intelektual yang lebih selektif dalam bidangnya masing-masing dan juga membuka kesempatan yang lebar bagi siapapun yang ingin terjuan dalam pergualatan intelektual public dewasa ini, akankah berbuah positif bagi peradaban dunia dan manusia ke depan?
Pergulatan intelektual, tentu bersifat positivitik, yang mana setiap manusia dapat berkembang masing-masing dengan minat yang di inginkan masing-masing pula bagian dari perkembangan intelektual manusia.
Salah satu contoh dari banyak bidang pengetahuan dalam aspek bisnis misalnya; setiap orang dapat menjadi pelaku bisnis yang ahli, bahkan tak jarang dari mereka merupakan actor dari inovasi-inovasi bisnis yang disediakan teknologi internet dengan konten-konten bisnis yang menarik konsumen.
Bahkan orang awam yang berbisnis contohnya; binis rumahan penyedia makanan, reseller pakaian, dan lain sebagainya. Karena ada peluang dari teknologi menggoncang bisnis-bisnis yang telah mapan dan di organisir secara layak.
Ada peranan intelektual yang terjadi di era tekonologi internet saat ini, di mana siapa yang mampu mengkombinasikan pemasaran bisnis melalui kemajuan teknologi, disitu mereka akan menjadi seorang intelektual yang mahir dalam bidangnya masing-masing dan dapat menjadi pemenang di jaman sekarang ini.
Begitu pun bidang social-politik, dimana media semakin menjalar dekat dengan individu. Semua orang dari berbagai latar belakang dapat menyalurkan gagasan baik gagasan social yang dialami individu secara langsung, maupun gagasan politik atas dasar idealisme individu, yang pandangan-pandangan politiknya dapat di publikasi secara luas di internet memungkinkan gagasan tersebut dibaca banyak orang.
Tetapi dengan kemajuan itu, bagaimanakah peran agama yang saat ini berlangsung dengan kemajuan teknologi, dimana setiap orang juga dapat menjadi pemain dalam mengkombinasikan peranan agama melalui teknologi internet?
Tentu sudah dapat ditebak, pendakwah-pendakwah agama yang popular adalah yang menguasai media saat ini dengan berbagai ide-ide konsep beragama yang mereka tawarkan.
Oleh sebab itu dalam hal keagamaan, terkadang menjadi identitas tersendiri. Siapa yang membawa dakwah itu dan siapa yang mengikutinya merupakan peran dari identitas yang sama baik secara kualitas maupun kuantitas yang di hasilkan melalui kelompok-kelompok yang tumbuh berbasis pandangan agama corak tertentu. Â
Era pergolakan intelektual berbasis teknologi khusunya media-media di internet, memang secara langsung dapat meminggirkan peran dari kepakaran yang sudah mapan sebelumnya melalui demokrasi yang difasilitasi teknologi kini, yang siapa saja dapat terlibat sebagai pemain peran intelektual public dengan berbagai latar belakang.
Tidak heran di era teknologi dari internet sekarang ini, dapat ditemukan wajah baru intelektualitas public dengan membawa suatu kebaruan serta dapat meminggirkan peranan-peranan yang mapan sebelumnya.
Akan tetapi, inilah tantangan manusia kedepan, dimana intelektulitas mereka juga diuji untuk dapat menjadi pemain atau pengikut dalam demokrasi social ini. Bahwa sesuatu yang terkandung dalam popularitas media, adakalanya meminggirkan peran-peran rasional yang pada intinya hanya memandang popularitas tidak di bidang apapun itu sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H